Home Gaya Hidup Tuhan Mengajarkan Kita untuk Lebih Berbagi di Masa Pandemi

Tuhan Mengajarkan Kita untuk Lebih Berbagi di Masa Pandemi

Medan, gatra.net- Hampir setiap hari, Fitriani Manurung mendatangi kampung-kampung warga miskin di Medan. Ia menapaki gang-gang sempit dan jalan becek untuk menyalurkan bantuan. Ratusan paket sembako Ia sumbangkan kepada warga miskin yang menderita akibat pandemi COVID-19. 
 
Begitu banyak bantuan itu, sampai Ia tidak ingat berapa banyak yang sudah didistribusikan. "Saya bagikan saja, jadi tidak hafal berapa jumlahnya," tutur doktor pendidikan dari Universitas Negeri medan tersebut di salah satu pengajian di kawasan Kecamatan Medan Area, Kamis (29/10). 
 
Fitriani berharap bantuannya dapat meringankan beban sesama ditengah wabah yang melanda dunia. Perempuan yang aktif dalam berbagai pengajian ini mengungkapkan, melalui pembagian bantuan sembako, Ia ingin mengajak warga bersama-sama melawan virus mematikan ini. Wabah yang lebih dikenal dengan sebutan corona tersebut dinilai mantan anggota Bhayangkari Binmas Polda Sumut tersebut sebagai wabah yang mengganggu seluruh sendi kehidupan.
 
Bukan hanya untuk persoalan kesehatan, namun juga untuk masalah perekonomian warga. Pasalnya akibat covid 19, sejumlah aktivitas masyarakat terganggu. Aturan jaga jarak sosial dan bekerja dari rumah menjadi salah satu penyebab terganggunya ekonomi masyarakat.
 
Namun apa boleh buat, hal itu harus dilakukan agar penyebaran viru yang berasal dari Wuhan Cina tersebut tidak menyebar dan mengakibatkan dampak yang lebih buruk lagi. Di saat seperti itulah menurut Fitriani solidaritas dan kebersamaan dibutuhkan. Khususnya bagi masyarakat yang kurang beruntung.
 
Fitriani meyakini bahwa apa yang dilakukan juga dilakukan oleh orang lain yang memiliki kepekaan untuk hidup bersama dan saling berdampingan untuk memberi dan berbagi sebagai bagian dari keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan. 
 
"Pandemi covid 19 adalah wabah yang mengganggu seluruh kehidupan kita. Awalnya mengganggu kesehatan. Namun saat ini telah mengganggu seluruh aktifitas kehidupan kita. Baik dalam keseharian kita sebagai makhluk sosial maupun pelaku usaha," terangnya.
 
Fitriani menuturkan bahwa bantuan yang disalurkan adalah bantuan kecil untuk sama-sama menyabung hidup. Karena secara tidak langsung, pandemi juga telah menuntun umat manusia agar saling bergotongroyong dalam menyelesaikan berbagai persoalan. 
 
Pandemi mengajak manusia untuk menghilangkan sisi keegoisan dan membangun solidaritas untuk kebaikan bersama. Saling membantu sebagai makhluk Tuhan dan memberikan dukungan sebagai motivasi untuk sama-sama maju bangkit memutus mata rantai penyebaran covid 19. 
 
"Bantuan yang kita berikan itukan sederhana, beras, minyak goreng, gula dan beberapa kebutuhan pokok lainnya. Namun harus kita pahami sekecil apapun bantuan itu sudah memberikan dampak yang besar kepada mereka yang membutuhkan," ujarnya.
 
Selain ke pemukiman warga, Fitriani juga kerap mendatangi aktifitas sosial masyarakat untuk melakukan hal yang sama. Contohnya mendatangi pedagang yang dinilai terdampak covid 19 dan menyalurkan bantuan. 
 
Contohnya dia membagikan bantuan kepada pedagang buku di kawasan Lapangan Merdeka Medan. Pedagang buku yang menerima bantuan dari Fitri merasa terharu. Pasalnya mereka adalah salah satu kelompok pelaku usaha yang minim mendapat perhatian pemerintah. 
 
Hal itu yang diungkapkan Sri Wahyuni, salah seorang pedagang yang pernah menerima bantuan dari Fitriani Manurung. Sri Wahyuni merupakan seorang ibu berusia 33 tahun yang harus banting tulang menghidupi anak-anaknya. 
 
Sri Wahyuni yang akrab disapa Yuyus tersebut berjualan buku di kawasan Lapangan Merdeka. Selama Covid 19, dia mengaku mengalami penurunan pendapatan yang sangat drastis. Terlebih setelah diberlakukannya Belajar Dari Rumah (BDR). Program tersebut berdampak pada pengurangan pendapatan. Termasuk ditahun ajaran baru. 
 
"Semestinya saat ini kami sudah sibuk melayani pembeli yang mencari buku pelajaran. Namun akibat BDR pembeli sangat minim. Yang paling buruk, kami harus menjual puluhan kilogram buku sebagai kertas bekas ke botot," ujarnya.
 
Sri Wahyuni merasa bersyukur menerima bantuan dari Fitriani. Karena selama ini mereka tidak pernah menerima bantuan seperti yang diberikan oleh Fitriani. Kami sama sekali belum pernah menerima bantuan sebagai pedagang buku. Kami berharap semakin banyak orang yang peka, jelasnya.
925