
Indragiri Hulu, gatra.net - Rezita Meylani Yopi, menjadi salah satu calon kandidat bupati Indragiri Hulu (Inhu) yang kini santer menjadi perbincangan khususnya di kabupaten itu.
Pasalnya wanita yang belun genap berusia 27 tahun itu menjadi calon bupati termuda diantara empat calon lainnya yang tengah bertarung untuk meraup suara 9 desember mendatang.
Tak tanggung-tanggung bahkan nama perempuan kelahiran 7 Mei 1994 silam itu di gadang-gadangkan menjadi calon bupati termuda di Indonesia.
Penulusaran gatra.net di google selain Rezita menjadi cabup termuda di Indonesia nama lain juga muncul dari cabup Kabupaten Barru setahun lebih tua yakni Mudassir Hasri Gani.
Saat dikonformasi salah satu komisioner KPU Inhu, Risman melalui pesan singkatnya perihal cabup termuda di Indonesia dirinya mengatakan, yang pasti didalam aturan Undang-Undang (UU) Pilkada jelas diatur usia minimal untuk salah seorang cabup yakni 25 tahun.
"Undang-undang nomor 10 tahun 2016 tentang pilkada itu diatur bahwa usia minimal calon bupati yakni 25 tahun," ujar Risman.
Hanya saja Risman belum dapat memastikan apakah nama Rezita tadi benar menjadi cabup termuda atau tidak.
Tak tanggung-tanggung perempuan yang mewakili generasi milineal itu diusung oleh partai penguasa seperti Golkar, Nasdem dan Hanura dan bersanding dengan Junaidi Rachamad.
Kepada gatra.net Rezita mengatakan langkah memantapkan dirinya ikut bertarung pada pilkada ini di sokong kuat oleh dorongan masyarakat tak terkecuali kaum milineal.
"Dukungan dari beberapa masyarakat dan kaum milineal, serta mewujudkan Inhu yang cemerlang dan pemerataan infrastruktur dari tingak desa menjadi salah satu program utama kita," ujar perempuan kelahiran desa Japura itu.
Rezita bercerita bahkan dimasa pandemi Covid-19 saat ini dirinya sedikit kwalahan saat melakukan kampanye dialogis bersama masyarakat. Pasalnya selain mereka yang dituntut untuk patuh pada protokol kesehatan namun tak berjalan lurus dengan antusiasme warga yang hadir disetiap acara yang di taja oleh mereka.
"Tak dapat di pungkiri kita sedikit kwalahan pasalnya antusisme warga yang hadir untuk kampanye dialogis itu sangat banyak, sementara kita dituntut juga harus patuh pada prokol kesehatan. Namun hal ini tak jadi hambatan bagi kita justru ini jadi penyemangat kita dalam berinteraksi dengan warga serta menyerap aspirasi mereka," tuturnya.