Home Laporan Khusus Hati-Hati Klaster Pengungsi

Hati-Hati Klaster Pengungsi

Bencana yang melanda di Jawa Tengah acapkali membuat warga harus mengungsi. Perlu model lain memperlakukan warga yang harus meninggalkan rumah mereka, saat masa pandemi Covid-19 belum usai. Klaster baru tetap harus bisa diminimalisir.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah sebanyak di 32 kabupaten/kota rawan banjir yang tersebar di 295 kecamatan dan 1.674 desa dengan warga terdampak banjir mencapai 743.264 kepala keluarga.

Dalam kondisi masih pandemi Covid-19, dilakukan langkah antisipasi oleh Pemprov Jateng sehingga penanganan terhadap warga yang mengungsi akibat banjir dapat dilakukan dengan baik. Perlu ada penambahan titik pengungsian di semua daerah, terutama daerah yang memiliki potensi bencana banjir dan tanah longsor.

Anggota Komisi E DPRD Jawa Tengah Yudi Indras Wiendarto mengingatkan pemerintah akan ancaman lain tersebut. Dia meminta pemerintah untuk melakukan pemetaan bencana dan titik-titik pengungsian untuk mencegah penularan Covid-19. “Penambahan titik pengungsian ini, untuk mencegah penularan Covid-19 saat terjadi bencana alam. Jangan sampai nantinya tempat pengungsian menjai klaster baru Covid 19,” katanya.

Yudi menambahkan, berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya daerah yang kerap terkena banjir di Solo Raya, Pati, Purworejo, Cilacap, Demak, Kudus, dan Jepara. Sedangkan rawan longsor ada di 29 kabupaten yang tersebar di 320 kecamatan dan 2.136 desa yang mengancam 642.019 kepala keluarga. “Pemetaan bencana harus lebih detail, termasuk peralatan early warning system di cek masih berfungsi atau tidak,” kata Yudi.

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap juga mewaspadai risiko munculnya klaster pengungsian seturut meningkatnya curah hujan di wilayah ini. Pasalnya, hampir tiap tahun terjadi bencana hidrometeorologi yang menyebabkan warga harus mengungsi.

Kepala Pelaksana Harian (Lakhar) BPBD Cilacap, Tri Komara Sidhy mengatakan, tiap tahun selalu ada pengungsian akibat banjir di wilayah rawan. Salah satunya di Kecamatan Sidareja, dan wilayah sekitarnya. Sebab, wilatah tersebut sangat rawan rendaman. “Wilayah Sidareja dan sekitarnya itu rawan banjir,” ujarnya.

Kata dia, meningkatnya curah hujan memicu potensi banjir di kawasan ini. Karenanya, BPBD menyiapkan pengungsian sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19. Di antaranya dengan mengurangi jumlah pengungsi di satu tempat dan mengisinya dengan jumlah pengungsi maksimal separuh dari biasanya. “Kita sudah pemetaan. Kalau biasanya disiapkan empat atau lima pengungsian, sekarang disiapkan dua kali lipatnya. Itu untuk menghindari agar pengungsi tidak berjubel,” katanya.

Komara juga mengklaim, fasilitas penunjang protokol kesehatan sudah disiapkan, antara lain, disinfektan dan tempat cuci tangan. Dia juga memastikan petugas BPBD dan relawan telah terlatih untuk menerapkan protokol kesehataan di pengungsian. “Jangan sampai muncul klaster pengungsian, seperti klaster pondok. Kita berusaha semaksimal mungkin,” tandasnya. Muh Slamet

 

85