Home Laporan Khusus Waspada Patil Si “Gadis Kecil”

Waspada Patil Si “Gadis Kecil”

Memasuki musim penghujan, sejumlah bencana mengancam kawasan Jawa Tengah. Banjir dan longsor terus mengintai. Fenomena La Nina semakin membuat khawatir. Keberadaannya bisa memicu peningkatan ancaman bencana.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, pengaruh La Nina bisa meningkatkan curah hujan mencapai 40% dari hujan normal. La Nina berasal dari bahasa Spanyol, memiliki arti “Gadis Kecil”. Fenomena La Nina biasanya dikaitkan dengan periode ketika temperatur permukaan laut selatan Laut Pasifik di sekitar utara Australia, New Guinea, dan kepulauan Indonesia menurun.

La Nina menyebabkan sering terjadinya hujan di daerah pasifik seperti Indonesia, Malaysia, dan bagian utara Australia pada saat musim panas di musim panas dan kekeringan di daerah pantai barat Amerika Serikat di musim salju.

Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Semarang Tuban Wiyoso mengatakan, hujan sudah mulai mengguyur sebagian wilayah Jateng dan mulai meningkat pada bulan November hingga Desember 2020. “Puncak curah hujan di Jateng diperkirakan pada Januari hingga Februari 2021,” katanya.

Tuban mengatakan, dampak terhadap La Nina berbeda-beda. Paling tinggi di wilayah Jateng selatan seperti Kebumen, Purwerejo, Cilacap, Banyumas, dan Purbalingga. Bila curah hujan normal rata-rata di bawah 50 per dasarian, maka adanya pengaruh La Nina curah hujan dapat meningkat antara 20% hingga 40%. “Keadaan ini harus diwaspadai masyarakat dan pemerintah melakukan langkah antisipasi terjadinya banjir,” ujarnya.

Kasi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencan Daerah (BPBD) Jateng Adi Widagdo mengatakan, telah melakukan mitigasi kebencanaan serta melakukan langkah-langkah penanganan. Menurutnya, pengaruh La Lina akan menambah curah hujan cukup tinggi mencapai 40% dampaknya lebih besar, sehingga perlu kewaspadaan mulai sekarang. “Kepada warga yang tinggal di daerah rawan banjir dan tanah longsor agar bisa membaca tanda alam atau fenomena alam sehingga bisa menyelamatkan diri dan harta benda dari bencana,” ujarnya.

BPBD Jateng, lanjut Adi, telah melakukan pemantauan situasi di lapangan, mendirikan posko di daerah, serta menyiapkan logistik, dan peralatan. “Logistik disiapkan di BPBD kabupaten/kota sehingga ada masyarakat membutuhan bisa cepat disalurkan,” katanya.

Ketua Komisi E DPRD Jateng Abdul Hamid, mengatakan, menghadapi La Nina harus dipersiapkan logistik dan relawan sehingga bila terjadi bencana bisa diatasi dengan baik. “Masyarakat sekitar dan pemerintah daerah persiapkan secara matang dengan bersumber pada data bencana di daerah masing-masing,” ujarnya.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, peta bencana sangat penting untuk mengantisipasi apabila terjadi bencana alam seperti banjir dan tanah longsor selama musim penghujan. Dengan itu, maka tindakan antisipatif bisa dilakukan sebaik mungkin.

"Misalnya peta rawan banjir di Jateng, itu ada Brebes dengan luasan bencana 5.796 hektar, Pemalang ada 7.296 hektar, Tegal 1.011 hektar. Ada juga Kendal, Kudus dan lainnya. Termasuk peta lokasi mulai nama sungai, kondisi tanggul dan sebagainya sudah dipetakan secara rigid," jelasnya.

Dirinya mencontohkan, di Brebes kemungkinan bencana banjir terjadi akibat luapan sungai Cisanggarung. Selain itu, ada juga potensi tanggul jebol di Sungai Pemali. "Di Pekalongan itu ada potensi banjir dan rob di Sungai Bremi dan seterusnya. Kita inventarisir satu-satu berbasis pada masing-masing daerah aliran sungai, termasuk menyiapkan sistem pengendaliannya," jelasnya. Muh Slamet

 

112