
Pekanbaru,gatra.net- Gubernur Riau Syamsuar membenarkan bahwa iklim ekonomi di Provinsi Riau dipengaruhi harga minyak dunia. Menurutnya faktor minyak membuat ekonomi Bumi Lancang Kuning tidak bisa sebaik capaian pertumbuhan ekonomi Papua.
"Riau ini terpengaruh sama harga minyak. Kenapa Papua bisa positif, karena Freeport (emas) harganya bagus. Sementara kita harga minyak turun," ungkapnya kepada gatra.net di Pekanbaru, Kamis (1/10).
Adapun ekonomi Riau pada triwulan II mengalami kontraksi hingga 3,2 %. Hal ini berbeda dengan pertumbuhan ekonomi Papua yang mencapai 4,52 %, dimana 3,7 persen di antaranya disumbangkan oleh sektor pertambangan.
Harga minyak dunia pada September 2020 berada dikisaran U$40 hingga $45 dolar per barel. Harga tersebut jauh bekurang dibandingkan besaran harga minyak dunia pada penghujung tahun 2019,yang bekisar U$60 - $65 dolar per barel.
Disisi lain Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Provinsi Riau, memperkirakan Riau bakal memasuki fase resesi ekonomi pada tahu triwulan III 2020.
Sebut Syamsuar, saat ini pihaknya berharap harga tandan buah segar kelapa sawit dapat membukukan capaian positif. Saat ini tandan buah sawit Riau berada dikisaran Rp2000 perkilogram. Sedangkan harga minyak sawit mentah (CPO) ditetapkan Rp 9.369.14/Kg dan harga Kernel Rp 4.791.00/Kg.
Dijelaskan Syamsuar, sektor perkebunan terutama kelapa sawit menjadi andalan pemerintah setempat, seiring bekurangnya harapan ekonomi daerah pada minyak bumi, yang produksinya cenderung seret dari tahun ke tahun.
"Kita terus mencari tumpuan ekonomi diluar migas. Alhamdulillah sawit masih bagus harganya, dan ekspornya tidak terganggu," tekannya.
Belakangan ini sawit memang menjadi primadona bagi sektor perekonomian Riau. Ini terlihat dari banyaknya petani penggarap sawit di Riau. Berdasarkan data Kementrian Pertanian tahun 2018 jumlah petani sawit Riau mencapai 580.902 jiwa. Sedangkan total luas kebun mencapai 3,38 juta hektare, yang digarap petani swadaya dan perusahan perkebunan baik swasta dan negara. Sedangkan ekspor CPO beserta turunannya di Pelabuhan Dumai, mencapai 4,75 juta ton.