
Semarang, gatra.net - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah bakal menambah simulasi pembelajaran tatap muka langsung di beberapa sekolah pada Oktober 2020.
Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mengatakan, penambahan sekolah ini setelah hasil evaluasi simulasi pembelajaran tatap muka langsung di tujuh sekolah berjalan sukses.
“Kami sudah evaluasi dan hasilnya cukup baik, di mana dukungan orang tua mencapai 97,4 persen, pelaksanaan protokol kesehatan 95 persen, dan komunikasi antara orang tau dan guru mencapai 82 persen. Memang tetap harus diperbaiki, agar capaiannya bisa 100 persen,” katanya di Semarang, Rabu (30/9).
Menurut Ganjar, dengan evaluasi yang menunjukkan hasil baik, maka akan kembali melanjutkan simulasi tatap muka di tujuh sekolah tersebut, dengan jumlah siswa yang mengikuti simulasi belajar tatap muka akan ditambah.
Selain itu, beberapa sekolah lain juga dipersiapkan untuk melaksanakan simulasi pembelajaran tatap langsung antara lain SMA Pradita Dirgantara Boyolali dan SMA Taruna Nusantara Magelang.
Penambahan jumlah siswa dan jumlah sekolah, lanjut Ganjar, dengan mempertimbangkan status zonasi Covid-19 daerah setempat.
“Saya minta dicek ke Dinas Kesehatan atau Satgas Covid-19 apakah sekolah itu masuk zona merah, atau tempat tinggal siswanya yang masuk zona merah. Kalau itu terjadi, maka siswanya dilarang sekolah dan kalau sekolahnya berada di zona merah, ya ditutup dulu,” ujar Ganjar.
Sementara, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Padmaningrum mengatakan, akan kembali melakukan simulasi belajar tatap muka di tujuh sekolah yang ditunjuk pada 5 Oktober mendatang.
“Jumlah siswanya akan ditambah 100 persen, dari jumlah awal yang mengikuti tatap muka, seperti di SMKN 1 Temanggung yang awalnya diikuti 72 siswa, pada tahap kedua nanti akan ditambah menjadi 180 siswa,” jelas dia.
Selain itu, lanjut Padmaningrum, melakukan penambahan sekolah yang mengikuti simulasi yakni di tiga SMK Negeri Jateng baik di Semarang, Pati dan Purbalingga, serta SMA Pradita Dirgantara dan Taruna Nusantara.
Pelaksanaan simulasi di sekolah-sekolah tersebut jumlah siswa akan dibatasi. Misalnya di SMA Taruna Nusantara dengan jumlah siswa lebih dari 1.000 orang, maka hanya diperbolehkan 150 orang siswa.
“Kami memilih sekolah-sekolah tersebut kesiapan sarana dan prasarana penunjang dan siswa tinggal di asrama sehingga lebih mudah dalam pengaturan, pengawasan protokol kesehatan Covid-19,” ujar Padmaningrum.