
Cilacap, gatra.net – Pemerintah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mengintensifkan pemantauan pendatang atau warga yang pulang kampung menyusul diterapkannya Pembatasan Berskala Besar (PSBB) di Jakarta. Pasalnya, penerapan pembatasan aktivitas tersebut berpotensi menyebabkan gelombang mudik di Cilacap.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Cilacap, Farid Ma’ruf mengatakan langkah itu dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 di wilayah Cilacap. Terlebih, kini muncul klaster-klaster di kelompok baru yang sebelumnya aman.
“Kemarin termasuk di P dan K, itu ada tujuh orang. Ini kan ada pulang dan pergi. Dan ini ada klaster baru, ternyata ada lima guru yang positif,” katanya.
Sebelumnya, kata dia, ada salah satu guru yang tertular dari keluarganya yang pulang dari Jakarta. Kemudian, guru tersebut menularkan kepada rekan pengajar lainnya di SD tersebut.
Farid mengemukakan, penerapan protokol untuk pencegahan Covid-19 harus dilakukan dengan disiplin tinggi. Sebab, penularan bisa terjadi baik melalui interaksi lokal maupun kasus impor. Karenanya, tiap pendatang diwajibkan tes swab.
Sebelumnya, Farid juga sudah menegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Cilacap menerapkan rapid test dan swab test untuk pendatang atau pelaku perjalanan. Selain itu, pemantauan wilayah perbatasan juga diperketat.
Kebijakan itu dilakukan mengingat penambahan kasus positif banyak terjadi dari pelaku perjalanan. Karenanya, tes swab diperlukan untuk memastikan para pendatang atau pelaku perjalanan bebas Covid-19.
“Maka Pemkab Cilacap akan memperketat protokol kesehatan di pintu-pintu masuk Kabupaten Cilacap dan memberlakukan swab bagi para Pelaku Perjalanan. Mohon kepada masyarakat untuk mematuhinya,” katanya.
Sementara, hingga Kamis (17/9) jumlah kasus konfirmasi Covid-19 mencapai 164 orang. Rinciannya, sebanyak 138 orang sembuh, dua meninggal dunia dan 24 lainnya masih dirawat.