
Upaya pelacakan kasus Covid-19 di kabupaten Karanganyar memunculkan masalah baru. Penolakan warga kepada para tenaga kesehatan yang bertugas melakukan tes, menjadi tantangan lain untuk segera menuntaskan pandemi. Sosialisasi, dialog perlu terus dilakukan.
Peristiwa kurang menyenangkan dialami seorang tenaga kesehatan (nakes) Puskesmas Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah, Suyamtiningsih. Yang bersangkutan diintimidasi sejumlah warga yang menolak menjalani swab
Tuduhan sejumlah warga pun tidak main-main. Mereka menuding petugas nakes membuatn informasi bohong akan hasil tes yang dilakukan. Tak pelak, diluar sisi kesehatan, sisi lain juga perlu mendapat perhatian.
Suyamtiningsih sendiri sudah minta perlindungan Dinas Kesehatan dan aparat kepolisian. Hanya saja, kejadian itu membuatnya takut, gelisah, dan cemas. Apalagi dituduh menyebarkan informasi bohong.
Padahal ia bertugas membantu kontak erat pasien Covid-19 agar menjalani tracing. Ternyata, anjuran agar di swab ditolak. Ia juga tak berwenang mengambil hasil swab dari lab lalu mengumumkannya, seperti permintaan warga.
Persoalan tersebut langsung direspons Dinas Kesehatan dengan menerjunkan timnya ke lokasi. Mereka didampingi aparat Polsek Gondangrejo dan pemerintah Desa Jeruksawit.
Tim menceritakan Sri, seorang warga setempat terkonfirmasi positif Covid-19 pada 4 September. Manula ini dirawat di RSUD Surakarta di Ngipang selama 10 hari. Setelah swab kedua, hasilnya negatif lalu diperbolehkan pulang.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P ) Dinkes Karanganyar, Sri Winarno mengatakan timnya menyampaikan hasil swab seseorang kepada anggota keluarganya. "Keluarga menuntut bukti tertulis dari Bu Ning bahwa warga itu positif. Padahal itu diluar kuasa bu Ning. Perwakilan keluarga ke RSUD Ngipang, diberitahu kondisi terakhir negatif sehingga boleh pulang,” katanya.
Kondisi ini menimbulkan ketidakpercayaan keluarga kenapa hasilnya tidak sama. “Ini kekurangtahuan masyarakat. Kita melakukan tracing tidak bersamaan. Kadang saat pasien sudah negatif Covid," katanya.
Dengan penyampaian itu, diharapkan kontak erat pasien menjalani tracing. Para tetangga diminta ikut menjaga dan mengawasi pasien dan keluarganya selama proses tracing. "Ini pentingnya program Jogo Tonggo selama pandemi," sebutnya.
Kepala Desa Jeruksawit, Midi menyerahkan keputusan mengikuti swab ke keluarga pasien. Mereka diminta memikirkan keputusan terbaik bagi semua orang. "Monggo, setelah mendapat penjelasan Dinkes, saya kembalikan ke keluarga," katanya.
Setelah menerima penjelasan tim yang didampingi polisi, akhirnya keluarga pasien bersedia menjalani swab test. Muh Slamet