Gaung pembentukan partai baru besutan Amien Rais kian kencang. KAMI diklaim menjadi pendukung. Mungkinkah PAN Reformasi berdiri?
Mantan Ketua MPR, Amien Rais, kembali bikin geger. Pelan-pelan ia mulai membuka potongan puzzle rencana pembentukan partai baru. Kali ini, Amien memberikan petunjuk melalui akun YouTube-nya, Amien Rais Official. "Ini berita yang mungkin sudah banyak ditunggu oleh sebagian masyarakat yakni tentang kelahiran sebuah partai baru," ujar Amien saat membuka video pada Kamis malam pekan lalu.
Dalam video berdurasi 4 menit 36 detik itu, ia membeberkan sedang mempersiapkan pembentukan partai baru besutannya ini. Namun ia masih merahasiakan nama partai yang akan didirikan bersama koleganya. "Saya dan sebagian sahabat-sahabat prihatin dengan perkembangan bangsa dan negara kita, ada kebutuhan munculnya partai baru," kata Amien.
Pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut memastikan partai baru mengusung asas "Islam yang rahmatan lil’alamin” dengan semboyan, "Lawan Kezaliman dan Tegakkan Keadilan". "Sebagian anak bangsa menganggap kondisi saat ini baik-baik saja. Tapi bagi kami banyak sekali kita berada di ambang krisis. Krisis sosial, politik, dan ekonomi yang semakin buruk suram dan bisa-bisa menuju resesi berat dan ke arah depresi. Mudah-mudahan tidak," ucap Amien.
Untuk deklarasi partai baru, menurut Amien, tengah dirembuk waktu yang pas dan tepat. Ia meminta kepada simpatisan dan pendukungnya bersabar. Ia mengaku bersama beberapa sahabat dari berbagai kalangan telah bersepakat bulat akan segera mendeklarasikan sebuah partai baru. Lalu, soal nama, logo, serta AD dan ART belum dapat ia ungkapkan saat ini. "Mohon bersabar. Tunggu tanggal, hari, serta bulan yang kami sendiri sedang bermusyawarah," katanya.
***
Terkait partai baru, loyalis Amien Rais, Agung Mozin, pun membeberkan bahwa latar belakang pembentukannya karena melihat fakta atau kondisi politik di dalam negeri saat ini. Di mana banyak partai politik yang sudah menjauh dari harapan dan tidak amanah. Bahkan di beberapa kasus, partai politik banyak yang hanya menjadi stempel kekuasaan yang ada saat ini.
Salah satunya, PAN dan sudah terkooptasi oleh kepentingan kekuasaan. "Karena parpol yang ada saat ini tidak lagi menyuarakan apa yang menjadi kewajiban mereka sebagai wakil rakyat. Atas dasar itulah, kita menganggap perlu ada sebuah kanal politik baru, yaitu sebuah partai yang kita akan lahirkan kelak dalam waktu dekat," kata Agung saat dihubungi wartawan Gatra Ucha Julistian Mone, Sabtu pekan lalu.
Agung juga melihat PAN sudah tidak lagi mempunyai semangat reformasi dan kultur atau ideologis seperti apa yang menjadi cita-cita partai ketika pertama kali dibentuk. Sedangkan, secara kultural dan ideologis PAN, justru masih sangat melekat pada ketokohan dan keteladanan seorang Amien Rais.
Jika dipetakan kondisi internal PAN, kata Agung, saat ini menurutnya terdapat dua kategori kelompok, yaitu kategori struktural dan kultural atau ideologis. Saat ini kelompok yang masuk kategori kultural PAN, klaim Agung, 100% akan berada dan mengikuti sosok Amien Rais, karena memiliki kedekatan emosional atau ideologis dengan mantan Ketua MPR RI tersebut.
Sedangkan jika melihat kategori yang struktural, berdasarkan peristiwa pemilihan Ketum PAN di Kendari yang lalu, ada 225 pengurus PAN dari seluruh Indonesia sudah mendukung Mulfahri Harahap dan Hanafi Rais. "Artinya sudah hampir separuh pengurus PAN yang struktural itu berada dengan barisan Pak Amien Rais," klaimnya.
Bekas Ketua Badan Cyber dan Multimedia PAN ini pun mengatakan, jika migrasi dukungan dari PAN kultural dan struktural diakumulasi, maka pembentukan partai baru oleh Amien Rais dapat menjadi ancaman besar bagi PAN saat ini. Apalagi, Agung memandang barisan yang ada bersama dan memilih Zulkifli Hasan sebagai Ketum PAN, merupakan kelompok pemilih yang pragmatis.
Ia membeberkan, berbagai komunikasi pun belakangan sudah dilakukan dengan para tokoh nasional. Meski belum mau menyebutkan nama, Agung mengatakan kesepahaman sudah terjalin antara para tokoh tersebut dan Amien Rais, untuk bersama bergabung dalam partai baru terebut. “Komunikasi dengan berbagai macam kalangan dan tokoh yang perlu kita teladani sudah ada. Misal untuk komitmen pemberantasan korupsi, ada komunikasi dengan mantan pimpinan KPK. Ada juga aktivis lingkungan, mantan KPU, mantan kepolisian, mantan panglima,” ucapnya.
Tentu saja jika para tokoh tersebut bergabung, sambung Agung, akan memperkuat lokomotif partai baru. "Intinya semua memang mengatakan, bersedia gabung asal kami juga menunjukan komitmen pembenahan masalah bangsa," tuturnya.
Kemudian, dengan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Agung juga mengatakan bahwa sudah ada pembicaraan personal. "Teman-teman yang ada di KAMI itu menjadi suporter kita. Tapi belum pasti akan masuk ke struktural partai," katanya.
Melihat perkembangan tersebut, Agung pun percaya diri, bahwa jika tidak ada halangan pada Desember 2020 akan menjadi waktu yang tepat untuk mendeklarasikan partai baru tersebut. "Bocorannya memang ada yang mengusulkan PAN Reformasi, ada yang juga mengusulkan nama lain selain itu, tapi kita tunggu saja, nanti Pak Amien yang umumkan," ia memaparkan.
Ketua PAN DIY, Nazaruddin, juga menimpali bahwa sudah banyak kader PAN di seluruh cabang kepengurusan di Indonesia siap gabung ke partai baru Amien. "Semua provinsi ada," ia mengungkapkan klaimnya kepada Gatra.
Loyalis Amien Rais ini juga tak menampik kalau nantinya akan ada "bedol desa" kader PAN —selain gabungnya anggota yang berasal dari luar PAN. "Minimal akan ada migrasi dan akan banyak darah segar," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum sekaligus Juru Bicara PAN, Viva Yoga Mauladi, menampik jika kader PAN akan berpindah haluan kepada partai baru besutan Amien Rais. Menurutnya, kader PAN tidak akan mudah terseret arus begitu saja. "Karena pengurus dan kader PAN itu rasional dan berakal sehat, tentu akan mempertimbangkan hal tersebut dan tidak akan ikut dengan partai baru. Jika ada yang bergabung kemungkinan hanya kecil saja. Tidak signifikan," ungkapnya ketika dihubungi Muhammad Guruh Nuary dari Gatra.
Apalagi, sambung Viva Yoga, mulai dari anggota DPR, DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota, dan para eksekutif PAN –di mana mereka telah berjuang memenangkan kompetisi elektoral—sampai detik ini tidak ada satu pun yang menyatakan akan keluar dari PAN.
Namun, di luar itu semua DPP PAN tak mempermasalahkan jika Amien Rais akan membentuk partai baru. Sebab, menurut Viva Yoga, hal tersebut merupakan hak politik dari setiap orang yang dijamin oleh undang-undang. "Jika Pak Amien mendirikan partai politik baru, maka masyarakat akan menilai PAN tidak akan identik lagi dengan Pak Amien Rais. Publik akan menilai Pak Amien Rais telah meninggalkan dan keluar dari PAN," katanya.
Padahal, Amien Rais adalah salah satu pendiri PAN, selain Albert Hasibuan, A.M. Fatwa, A.M. Lutfi, Syamsurizal Panggabean, Ismid Hadad, Zoemrotin, Gunawan Muhammad, dan Abdillah Toha. Bahkan menurut Viva, rencana penamaan partai baru dengan PAN Reformasi yang akan diusung oleh Amien Rais disebut wajar. Karena PAN memang mempunyai efek elektoral sejak tahun 1999. "Pemakaian nama PAN di partai baru tersebut adalah sesuatu yang wajar karena tentu masih berharap akan mendapatkan efek elektoral dari PAN yang sejak pemilu 1999 sampai 2019 lolos di DPR RI," ia mengungkapkan.
Pengamat politik Adi Prayitno menuturkan, untuk menuju Pemilu 2024 pastinya banyak politikus yang berpikir rasional dan melihat tak akan mungkin membesarkan partai baru. "Kalaupun ada, tokoh itu tak memiliki pengaruh signifikan, atau bahkan sudah memudar," katanya kepada Erlina Fury Santika dari Gatra, Senin lalu.
Begitu pula dengan para tokoh dari PAN, yang pastinya akan penuh perhitungan dalam menyebrang ke partai baru.. Menurutnya, tidak akan ada tokoh kunci PAN yang akan pindah. Tak hanya faktor partai baru, melainkan juga posisi Amien yang sekalu berhadap-hadapan dengan pemerintah. "Politik itu kan soal bagaimana cara mendapatkan kekuasaan. Banyak orang enggak sabar di luar kekuasaan itu, bergabung dengan Amien ya salah satu pilihan pahit. Enggak dapat apa-apa," ia menambahkan.
Gandhi Achmad dan Arif KoesvHernawan (Yogyakarta)