
Temanggung, gatra.net - Kendati Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo telah mengunjungi sejumlah perwakilan pabrikan rokok di Kabupaten Temanggung, dan meminta pihak industri agar membeli tembakau petani dengan harga layak, namun kenyataannya sampai saat ini petani masih mengeluhkan rendahnya harga. Selain itu, hasil panen tidak begitu lancar untuk bisa terserap pabrikan.
Sekretaris Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Temanggung Yamuhadi mengatakan, hingga saat ini serapan tembakau oleh perwakilan pabrikan rokok juga masih sangat lambat. Persoalan itu muncul karena sampai sekarang dari dua pabrikan besar hanya ada satu perwakilan pabrikan yang melakukan pembelian dengan optimal. Sedangkan satu pabrikan lagi meski telah melakukan pembelian tapi sulit ditembus oleh petani.
"Biasanya setiap musim panen raya tembakau tiba, setidaknya ada dua perwakilan pabrikan rokok yang membeli tembakau dengan baik, sehingga harga dan penyerapan tembakau juga lebih baik. Tapi sekarang ini hanya perwakilan PT Gudang Garam saja yang sudah melakukan pembelian tembakau dengan baik, meskipun dengan protokol kesehatan yang cukup ketat. Untuk PT Djarum memang sudah melakukan pembelian, namun permintaan dari perwakilan rokok kretek tersebut sangat susah di penuhi petani tembakau, sehingga hasil panen petani tidak banyak yang bisa masuk ke perwakilan Djarum," katanya Senin (7/9).
Atas keadaan ini maka perwakilan APTI akan berupaya menemui perwakilan PT Djarum di Temanggung agar memberikan kebijakan dalam melakukan penyerapan tembakau petani. Diakuinya, PT Djarum sudah memiliki petani binaan atau mitra, namun petani yang bukan merupakan binaan juga seyogyanya juga diberikan perhatian jika memang kualitasnya sesuai kriteria pabrikan.
"Memang kemarin pabrikan sudah diimbau oleh gubernur agar membeli tembakau petani, tapi penyerapan masih lambat. Kami akan meminta kebijaksanaan dari perwakilan pabrikan Djarum di Temanggung, agar melakukan penyerapan atau pembelian, sehingga geliat panen raya ini bisa lebih baik. Setidaknya kalau dua pabrikan sama-sama membeli hasil panen petani maka harga akan kompetitif, sehingga harga tembakau bisa ada peningkatan," katanya.
Yamuhadi menyebut, harga tembakau untuk grade C di pabrikan hanya dihargai Rp60.000 per kilogram. Jika dibandingkan dengan tahun lalu saat petikan ke empat seperti saat ini harga sudah mencapai Rp75.000 sampai Rp90.000 per kilogram. Sebagian petani sudah memenuhi permintaan pabrikan untuk menanam tembakau varieras kemloko, maka sebaliknya sekarang pabrikan juga diminta permintaan petani, sebab pada dasarnya antara petani dan pihak industri adalah mitra.
Mulyadi (52), petani tembakau Desa/Kecamatan Kledung menuturkan, harga tembakau miliknya hanya laku Rp50.000 per kilogram. Harga tersebut turun dari sebelumnya yang sempat berada di angka Rp55.000 per kilogram. Rendahnya harga membuat petani terancam merugi, sebab jika menyesuaikan biaya tanam dan pengolahan yang per 1 hektarenya Rp80 juta maka setidaknya harga minimal Rp70.000 per kilogram, agar petani kembali modal dan mendapatkan keuntungan.