Home Gaya Hidup Irianto Lambrie & Bekal Ilmu Jurnalistik

Irianto Lambrie & Bekal Ilmu Jurnalistik

Jurnalistik pernah jadi bagian hidup Gubernur Kalimantan Utara Irianto Labrie. Semasa kuliah di Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman (Unmul), Samarinda, ia adalah aktivis pers kampus.

"Selain pendiri, lalu pemimpin redaksi, saya sekaligus merangkap sebagai redaktur pelaksana koran kampus Mulawarman,’’ kata pria kelahiran Rantau, Tapin, Kalimantan Selatan, yang pernah menjadi mahasiswa teladan Unmul tahun 1980 itu kepada wartawan Gatra G.A. Guritno. 

Pada zaman itu, menurut Irianto, hanya segelintir mahasiswa di kampusnya yang bergiat di pers kampus. Surat kabar Mulawarman muncul, menurut Irianto, juga karena dukungan Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan Unmul, Awang Faroek, yang pernah dua periode menjabat Gubernur Kalimantan Timur.

Untuk menimba kemampuan jurnalistik kampus, Wakil Ketua Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) Cabang Samarinda tahun 1980-1982 itu bahkan menyempatkan diri untuk mengikuti latihan pers kampus di Jakarta pada 1979. "Saya masih ingat, waktu itu salah satu pematerinya adalah aktivis pers mahasiswa Antony Zainal Abidin, pemimpin surat kabar kampus Universitas Indonesia-Salemba dan juga mereka para senior di IPMI," ia mengengang.

Menggeluti dunia pers mahasiswa membawa hikmah. Kemampuan jurnalistik ternyata sangat membantunya ketika terjun di dunia kerja. Saat awal menjadi pegawai negeri sipil (PNS), misalnya, dirinya dipercaya sebagai speech writer Gubernur Kalimantan Timur, Muhammad Ardans. Di mana pun gubernur mengikuti rapat kerja atau rapat koordinasi dengan pemerintah pusat, ia selalu diminta mendampingi.

Mengenal dunia jurnalistik, menurut Irianto, juga membantunya mengenali wartawan, media massa, dan berita-berita yang dimuat, serta informasi yang disampaikan melalui media sosial. "Saya termasuk orang yang membaca hampir semua berita, baik yang bagus atau pun yang tidak. Kalau yang bagus kita lihat sebagai pembanding, kalau kritik ya sebagai masukan. Namun kalau fitnah, ya tidak saya tanggapi. Abaikan saja, tidak saya masukkan di otak dan dibawa ke perasaan, karena hanya jadi kotoran saja," ujarnya.