
Cilacap, gatra.net – Peternak di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mengeluhkan anjloknya harga telur akibat bantuan sosial. Bahkan pada saat distribusi bantuan sosial, telur tidak laku.
Peternak ayam petelur di Wanareja, Kabupaten Cilacap, Tasim Wahyudi mengatakan kondisi ini terjadi rutin tiap bulan saat distribusi bantuan nontunai, di mana terdapat telur sebagai salah satu bantuannya. Sebab, telur yang didistribusikan sebagai bansos tersebut bukan berasal dari wilayah lokal.
“Asalnya tidak tahu. Tapi kan dipul di pusatnya. Jadi bukan dari peternak yang ada di sini,” katanya, jumat (28/8).
Dia mencotohkan, saat distribusi bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), maka selama sekitar sepekan telur tidak terserap pasar. Bandar telur yang biasanya membeli telur pun sementara waktu berhenti. Pembelian ecer dari masyarakat pun menurun drastis.
Padahal, kata dia, harga telur di tingkat peternak lebih rendah dibanding harga bantuan pangan tersebut. Harga telur dalam bantuan pangan nontunai ditetapkan Rp26 ribu per kilogram. Sedangkan harga grosir telur di tingkat peternak lokal kini hanya Rp22 ribu.
“Kalau eceran ya memang lebih tinggi Rp23 ribu sampai Rp24 ribu, tapi itu lebih rendah daripada telur bantuan yang Rp26 ribu per kilo,” ucapnya.
Oleh sebab itu, Tasim mengusulkan agar pemerintah menyerap telur peternak lokal untuk menyuplai bantuan sosial. Dengan begitu, telur peternak lokal akan tetap terserap meski ada penggelontoran bantuan sosial.Terkait produktivitas ayam petelur, Tasim mengatakan saat ini persentasenya mencapai lebih dari 90 persen.
Dia menduga, kelembapan dan suhu yang rendah membuat produktivitas telur meningkat. Sayangnya, harga masih tetap fluktuatif meskipun kebutuhan untuk Bansos tinggi.