
Aksi kelompok intoleran terhadap keyakinan masyarakat masih saja terjadi di Jawa Tengah. Butuh tindakan tegas untuk memberikan efek jera, dan tak terulang di kemudian hari. Tak boleh ada ruang bagi para pelaku, karena telah mencoreng nilai-nilai kebhinekaan.
Acara midodareni (persiapan pernikahan) yang digelar keluarga Habib Umar Assegaf, di Mertodranan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Sabtu (10/8) lalu malah berakhir tragis. Sekelompok orang tiba-tiba menyerang dan ingin membubarkan acara internal keluarga tersebut.
Sejumlah orang yang ikut acara bahkan mengalami luka yang cukup parah karena dianiaya para pelaku. Kini, kasus ini tengah ditangani aparat penegak hukum karena keluarga Habib Umar Assegaf, melaporkan kejadian ini ke polisi.
Perwakilan keluarga Habib Umar Assegaff, Memed mengatakan pihaknya melaporkan kejadian ini agar ke depannya tidak terjadi kejadian serupa. "Sebenarnya ini bukan hanya masalah kami, namun ini masalah bersama, ini masalah negeri," ujarnya.
Laporan pada kepolisian dilakukan agar tindakan intoleransi tidak terjadi lagi. "Rumah kami ini mungkin hanya salah satu, bisa juga terulang dimanapun. Makanya kami melaporkan tindakan ini agar tidak terulang kembali," tegasnya.
Tokoh agama di Kota Solo Habib Syeh Bin Abdul Qadir Assegaf meminta pada pihak kepolisian untuk segera menuntaskan persoalan ini. Dirinya juga berharap di kemudian harinya, kejadian serupa tidak terjadi lagi.
Habib Syeh juga mengajak masyarakat untuk sadar dalam hidup berbangsa dan bernegara. Sehingga tidak perlu menyakiti dan mencaci maki kelompok lainnya. "Islam itu selalu membawa kesejukan dimana pun. Jika ada orang yang membuat keributan dan mengaku Islam maka dia belum mengetahui Islam sebenarnya. Jadilah kita orang yang dapat menyejukkan di lingkungan kita," ucapnya.
Kejadian ini juga membuat jajaran Polri di semua tingkatan turun tangan. Mabes Polri, Polda Jateng turut serta melakukan pengawalan kasus ini.
Kapolda Jateng Irjen Pol Ahmad Luthfi kembali menegaska telah memerintahkan seluruh Kapolres di wilayahnya untuk menangkap kelompok intoleran. “Tidak ada tempat untuk kelompok intoleran di wilayah hukum Jawa Tengah,” tegas jenderal bintang dua ini.
Kapolda mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan melaporkan kepada Polri manakala menjumpai aktivitas yang mencurigakan dari kelompok intoleran. “Masyarakat kita minta untuk tetap tenang. Polri memberikan jaminan keamanan bagi masyarakat. Oleh karena itu, tidak perlu takut,” jelasnya.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jateng KH Taslim Sahlan menyatakan, kejadian di Solo ini menciderai kerukunan umat bergama di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah. "Usaha untuk merajut toleransi dan tenun kebhinekaan dikoyak oleh segelintir oknum yang tidak bertanggung jawab," tegasnya.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Tengah Mustain Ahmad juga mengutuk keras kasus penyerangan rumah Habib Umar Assegaf di Solo yang dilakukan sekelompok orang. “Dengan dalih dan alasan apapun tindakan tersebut tidak bisa dibenarkan,” katanya.
Kapolresta Solo Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak mengatakan, sejauh ini pihaknya sudah mengamankan 10 orang dalam kasus tersebut. Sebanyak 6 orang diantaranya sudah berstatus tersangka.
Ade berujar, polisi akan terus memburu dan mengejar para pelaku lainnya yang belum menyerahkan diri. Bahkan, Ade menegaskan, polisi tidak akan memberikan ruang sedikitpun kepada para kelompok intoleransi, premanisme, dan radikalisme di Solo.
"Di manapun, sampai kapanpun kita akan tegakkan hukum setegak-tegaknya untuk memberikan rasa keadilan, keamanan, kenyaman masyarakat dalam beraktivitas," tegasnya.
Para pelaku akan dijerat dengan tiga pasal, diantaranya pasal 160 mengenai penghasutan, pasal 170 mengenai pengeroyokan dan pasal 335 mengenai perbuatan tidak menyenangkan. Muh Slamet