Home Milenial Guru Butuh Jaminan Lakukan Pembelajaran Tatap Muka

Guru Butuh Jaminan Lakukan Pembelajaran Tatap Muka

Karanganyar, gatra.net - Pembelajaran tatap muka yang akan diuji coba pada awal September mendatang menuai kontroversi. Sebab, tak ada jaminan aktivitas itu aman dari infeksi Covid-19, terutama bagi tenaga pengajar.

Sekretaris Advokasi Bantuan dan Perlindungan Profesi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Karanganyar Anna Yuniati mengatakan para guru berhak menyampaikan kekhawatirannya terkait rencana pembelajaran tatap muka yang akan dimulai September mendatang. Menurutnya, ia dan rekan-rekannya di PGRI berkewajiban mengajar sesuai tugas ASN yang digaji negara. Namun untuk memulainya lagi di masa pandemi Covid-19, mereka tak berdaya.

"Kami itu sudah tua. Daya tahannya tidak sebagus anak-anak. Siapa yang akan menjamin bahwa murid tidak terjangkit Covid-19," katanya kepada wartawan di Tasikmadu, Kamis (13/8).

Para guru belum mengetahui bagaimana peran-perannya di pembelajaran tatap muka mendatang. Anna yang juga guru SMAN 2 Karanganyar ini berharap protokol kesehatan benar-benar diterapkan selama kegiatan belajar mengajar (KBM). Meski begitu, ia ragu hal itu dipatuhi terutama aturan jaga jarak.

"Anak-anak SMA masih bisa diatur jaga jaraknya. Tapi kalau SD bagaimana? Kalau anak-anak sudah bertemu pasti bermain bersama. Tak jarang mereka dekat-dekat guru sampai ndusel-ndusel," katanya.

Ia tak masalah jika diharuskan menjalani rapid tes hingga PCR. Tapi jika harus rutin, perlu difasilitasi pemerintah atau dinas terkait.

"Mau rapid atau swab biaya dari mana? Biaya mandiri sekali saja enggak masalah asalkan tidak rutin. Sekarang ini saja ongkos PJJ (pembelajaran jarak jauh) menghabiskan banyak kuota yang itu juga tidak ditanggung negara," katanya.

Guna meminimalisasi kontak fisik, ia mengusulkan pembelajaran tatap muka membatasi jumlah peserta didik. Misalnya hanya diikuti ketua kelas bersama satu atau dua pengurus kelas yang bertugas mengumpulkan dan mengambil tugas belajar dari teman-temannya. Pembelajaran tatap muka terbatas itu juga bisa diikuti peserta didik namun tidak serentak.

"Misalnya hari ini kelas I. Besoknya kelas II. Dan dijeda jam," katanya.

Pembelajaran tatap muka juga tidak menjamin anak-anak steril dari penyakit. Setelah keluar dari lingkungan sekolah, belum tentu peserta didik langsung pulang ke rumah. Padahal kondisi di luar rawan penyebaran penyakit.

"Kalau anak yang sakit atau tertular, guru juga yang disalahkan. Enggak mengajar, kami juga disalahkan," katanya.

Sebagaimana diberitakan, Bupati Karanganyar Juliyatmono berencana menguji coba pembelajaran tatap muka pada awal September mendatang. Ini didasari permintaan sebagian peserta didik dan orangtua murid yang ingin KBM berjalan normal kembali.
589