Home Politik Pecah Kongsi Berujung Sakit Hati

Pecah Kongsi Berujung Sakit Hati

Pecah kongsi sudah biasa terjadi dalam dunia politik. Sayang efek yang muncul belakangan adalah saling serang. Kesantunan politik tetap perlu dikedepankan. Apalagi, kompetisi digelar saat muncul pandemi.

Lima tahun lalu, tepatnya 2015 ada yang menyebut telah terjadi janji politik di kabupaten Rembang. Saat itu, pasangan Abdul Hafidz – Bayu Andriyanto tengah bersiap maju dalam Pilkada di daerah paling timur Jawa Tengah ini.

Kini, janji itu diungkit lagi. Justru yang mengungkit adalah mereka yang mengklaim pasangan ini pada Pilkada 2015. Mereka tergabung dalam Paguyuban Mantan Petinggi Rembang (PMPR).

Aksi para mantan Kepala Desa (Kades) ini dilatarbelakangi kekecewaan mereka terhadap Bupati Abdul Hafidz yang telah ingkar atas komitmennya pada Pilkada 2015 lalu. Kata mereka, seharusnya Abdul Hafidz berkomitmen tetap menggandeng Bayu Andriyanto. Sayang, tuntutan mereka tampaknya sulit kesampaian. Imbasnya mereka menyuarakan slogan “ganti bupati” pada Pilkada 2020,.

Abdul Hafidz yang saat ini tercatat sebagai bupati, sudah punya kendaraan sendiri. Termasuk memilih pendampingnya. Sayang, pilihan tidak mengarah pada nama Bayu Andriyanto.

Sejumlah kiai ternama di Kabupaten Rembang memunculkan nama Zaimul Umam alias Gus Umam sebagai calon pendamping Abdul Hafidz. Nama itu muncul saat para kiai menggelar pertemuan di komplek Ponpes Al-Anwar, Desa Karangmangu Sarang. Pertemuan digelar di kediaman KH Wafi Maimun, (putra almarhum KH Maimun Zubair).

Sementara itu, dalam kkonsolidasi partai yang digelar di Kantor DPD Nasdem Rembang, seluruh kader sepakat mengusung Wakil Bupati Rembang, Bayu Andriyanto sebagai bakal calon bupati. Bayu menjadi satu-satunya nama yang muncul untuk diusung bertarung di Pilkada 9 Desember mendatang. Saat ini, Bayu juga tercatat sebagai ketua DPD Nasdem Kabupaten Rembang.

Bayu mengatakan pengurus dari 14 kecamatan secara aklamasi mengajukan dirinya untuk maju dalam Pilkada. "Semua sepakat mendukung. Dari 14 Kecamatan mengajukan saya pribadi sebagai ketua DPD Nasdem untuk dicalonkan diri menjadi calon Bupati Rembang. Saya sebagai petugas partai mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung," kata Bayu.

Menurut Bayu, sudah saatnya gerakan perubahan dilakukan di Kabupaten Rembang. Untuk itu, pihaknya meminta seluruh kader bersatu menunjukkan Partai Nasdem di Rembang bukan Partai Kacangan.

"Kami hari ini disepelekan, maka saya berharap semua kepalkan tangan bersama. Kita tunjukkan bahwa Partai Nasdem bukan partai kacangan. Partai Nasdem tidak kacang lupa kulitnya. Bukan sekedar nomor satu atau nomor dua tapi untuk memajukan Kabupaten Rembang guyub rukun selamanya," jelas Bayu.

Sementara itu, suhu politik di Sukoharjo kembali memanas. Hal ini lantaran baliho milik bakal pasangan calon dari Partai Gerindra, Joko Santosa-Wiwaha Aji Santosa atau JosWi juga ditemukan rusak.

Menyikapi kondisi itu, Sekretaris DPC Gerindra Sukoharjo Eko Sapto Purnomo menanggapinya dengan santai. Menurut Sapto, permasalahan tersebut tidak akan dibawa ke ranah hukum.

"Belum ada proses pendaftaran, istilahnya calon ditetapkan belum masuk ke rezim UU Pilkada, sehingga kalau mau ditindaklanjuti ya gimana, kalau mau laporan ke polisi apa tidak menghabiskan energi," ucapnya.

Sapto menyampaikan, sejak ditemukannya baliho sosialisasi JosWi yang rusak, para kader Gerindra tidak terlalu gegabah dengan menelusuri siapa dalang perusakan tersebut. "Kita tidak mau ambil pusing, tapi nanti kalau sudah terikat rezim UU Pilkada kita pasti telusuri, orek-orek itu kan sikap rakyat, timses belum resmi, masak kita mau memusuhi rakyatnya sendiri," katanya.

Terpisah, Wiwaha Aji Santosa mengatakan, jumlah balihonya yang rusak tidak sebanyak milik bakal calon pasangan Etik Suryani-Agus Santosa atau EA. "Dari laporan yang saya terima, ada tiga baliho kami yang rusak, satu baliho disobek, dan dua baliho seperti dicabut," ujarnya.

Baliho yang rusak itu ditemukan di Kecamatan Nguter dan Tawangsari. Kendati demikian, Wiwaha juga tidak berfikir balihonya itu dirusak. "Sebelumnya kan anginnya sedang kencang, mungkin itu balihonya terkena angin sehingga rusak. Nanti kita akan evaluasi lagi pemasangan baliho, agar tidak mudah rusak," tandasnya. Muh Slamet

 

56