Home Kesehatan Telaah Pergeseran Zonasi Risiko Covid-19 di Jabar

Telaah Pergeseran Zonasi Risiko Covid-19 di Jabar

Jakarta, gatra.net - Meningkatnya jumlah konfirmasi positif Covid-19 di Jawa Barat (Jabar) karena terjadi lonjakan kasus virus corona jenis baru, SARS CoV-2 tersebut di beberapa daerah, baik kabupaten dan kota di wilayah ini.

Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah, dalam talk show virtual bertajuk "Telaah Pergeseran Zonasi Risiko Covid-19: Jawa Barat" pada Senin (10/8), menyampaikan, lonjakan di Jabar terjadi pada pekan kemarin.

Angka lonjakannya, lanjut Dewi, sebesar 50,6%. Adapun wilayah penyumbang angka tertinggi kasus Covid-19 di Jabar pada pekan kemarin, yakni Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Cirebon, Kota Cimahi, dan Kota Sukabumi.

Menurutnya, ini merupakan sinyal bagi pemerintah daerah tersebut untuk mengevaluasi mengapa kasusnya melonjak dan bagaimana penanganan yang dilakukan. Penyebab tingginya angka konfirmasi positif Covid-19 itu dilihat dari tiga faktor, yakni tingginya angka penularan, terdapat klaster baru, dan masifnya petugas melakukan tes.

Sedangkan tingkat tertinggi kasus Covid-19 di Jabar, saat ini terdapat di Kota Depok. Angkanya menduduki peringkat 17 tingkat nasional untuk kabupaten dan kota.

Sedangkan untuk angka kematian di Jabar akibat Covid-19, termasuk kecil. Dari seluruh jumlah kasus positif, persentasenya sebesar 3,01 di bawah tingkat nasional dan rata-rata dunia. Meskipun banyak yang tertular, namun pasiennya ditangani secara baik di rumah sakit sehingga angka kematiannya rendah. Ada 5 kabupaten kota yang tidak ada angka kematian akibat Covid-19.

Pergeseran pada 2 pekan kemarin, mulai terjadi penambahan jumlah kabupaten atau kota dengan risiko sedang, sehingga zona risiko rendah mulai berkurang, dan ada satu kabupaten atau kota yang mempunyai risiko tinggi.

Adapun upaya penanggulangan Covid-19 yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar, yaitu melalui pelayanan kesehatan, sosial dan ekonomi, serta kebijakan dan teknologi dan informasi.

Ia menjelaskan, saat ini pemerintah menggunakan 15 indikator untuk melihat kondisi atau risiko dari masing-masing kabuapten atau kota, yakni mulai dari zona merah (risiko tinggi), orange (sedang), kuning (rendah), dan hijau (rendah atau tidak ada kasus).

"Jawa Barat ini ternyata adalah provinsi dengan jumlah penduduk yang juga sangat tinggi di Indonesia, jumlah penduduknya adalah 50 juta," kata Dewi.

Reporter: CNC

412