
Lombok Barat, gatra.net - Belajar harga mati yang harus tetap dilakukan. Harus tetap berlangsung apapun alasannya, termasuk dalam serangan Covid-19 saat ini. Berbagai upaya sudah dilakukan jajaran pendidikan khususnya para penyelenggara pendidikan atau guru yang tergabung dalam PGRI Kabupaten Lombok Barat (Lobar) agar proses belajar-mengajar tetap dilakukan.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Lombok Barat, HM Nasrun mengatakan, pendidikan di Lombok Barat di tengah Covid-19 saat ini serba dilema. Di satu sisi Covid-19 yang tengah terjadi menghambat dinamika pembelajaran luring di sekolah. Sementara pembelajaran secara daring harus dilakukan, mengingat peserta didik harus tetap diupdate dengan bahan-bahan ajar yang sudah ada di kurikulum pendidikan.
Meski demikian, pihak Dikbud Lobar dalam menyikapi hal ini tetap melakukan model pembelajaran secara daring ataupun secara luring, bahkan kombinasi pembelajaran dengan dua pola seperti itu sudah dilakukan di institusi pendidikan di Lobar baik dari tingkat SD hingga SLTP.
“Untuk mengatasi hal ini solusi yang kami tawarkan kepada PGRI yakni dengan “PGRI Membuka Diri”. Konsep ini saya maksudkan bagaimana anggota Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang tinggal di pedesaan menawarkan solusi pembelajaran secara luring kepada peserta didik yang sesuai dengan jenjang pendidikannya di suatu titik pembelajaran dengan tidak lebih dari 20 orang,” kata HM Nasrun di Senggigi, Lombok Barat (29/7).
Dikatakan, pola pembelajarannya pun harus mematuhi protocol kesehatan Covid-19. Inovasi ini setidaknya bisa memenuhi target pembelajaran bagi peserta didik agar tidak tertinggal jauh atau terlalu lama dengan target bahan ajar yang harus dituntaskan,” ungkap Nasrun.
Sekjen PGRI Pusat Ali Rahim mengungkapkan, guru ke depannya harus mandiri, meski berbagai kendala pembelajaran khususnya dirasakan saat Covid-19 ini. Guru menurutnya mestinya harus berinovasi dan bagian terpenting dalam setiap mengambil kebijakan pemerintah terutama dalam bidang pendidikan. Guru harus menjadi motor penggerak di garis terdepan dalam memajukan pendidikan guna mencerdaskan kehidupan bangsa ini.
“Saat ini maupun sebelumnya uapaya menjaga marwah para guru akan terus kita lakukan agar bisa melahirkan para pendidik bangsa yang semakin kuat, mandiri dan berkualitas. Harapan satu-satunya bangsa dan negara ini ada di bidang pendidikan melalui kiprah mulia seorang guru,” ungkap mantan Ketua Umum PGRI NTB ini.
Ketua Umum PGRI NTB M Yusuf mengungkapkan, di era pandemic Covid-19, guru menjadi garda terdepan dalam proses belajar-mengajar tuntas bagi setiap peserta didik. Berbagai pola pembelajaran yang sementara ini diterapkan oleh pemerintah baik daring maupun luring, hendaknya bisa dilakukan jika itu memungkinkan. Selain itu PGRI juga bisa melakukan lompatan atau inovasi baru dalam pembelajaran yang layak diterapkan di tengah Covid-19 ini.
“Mungkin saja PGRI sebelumnya bisa melakukan survey terlebih dahulu ke area tinggal peserta didik, untuk selanjutnya membuat disain atau rancanagan pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dengan membuat aplikasi pembelajaran yang mudah, praktis dan tidak membebani peserta didik. Ingat karena kita masih dalam masa pandemic dimana Kota Mataram dan Lombok Barat masih dalam zona merah, pihak sekolah atau guru tetap menerapkan protocol kesehatan di lokasi pembelajaran seperti menggunakan masker, cucui tangan, mengatur jarak, menggunakan hand sanitizer dan lainnya,” terang Yusuf.