
Lombok Tengah, gatra.net- Tembakau virginia bisa dibilang emas hijau dari negeri Pulau “Seribu Masjid”. Dalam catatan kualitas pertembakauan dunia, hingga saat ini, tembakau asal Lombok dikatagorikan sebagai tembakau terbaik dunia setelah negeri samba, Brazil. Tembakau virginia Lombok memberi kontribusi 75% kebutuhan tembakau virginia nasional patut diperhitungkan.
"Para ahli agribisnis dan kalangan peneliti dari Universitas Mataram juga telah membuktikan hanya di sebagai Pulau Lombok ini, tembakau virginia bisa tumbuh subur dalam budidaya. Ini menunjukan bahwa tanah Lombok sangat berkah," kata H Masrun, pengamat pertembakauan nasional asal Lombok kepada gatra.net, Kamis (23/7).
Menurutnya, Lombok menjadi salah satu dari sedikit tempat yang bisa ditumbuhi tembakau jenis virginia. Lombok memiliki potensi luar biasa, baik yang ada di Lombok Tengah ataupun Lombok Timuryang merupakan dua wilayah dengan area terbesar penghasil tembakau virginia.
H. Masrun yang juga Kepala Dinas Tenaga Kerja Lombok Tengah ini, menyampaikan, data pada Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB menyebutkan, komoditas ini mampu menyerap 400 Hari Kerja Orang (HKO) dalam setiap hektare lahan tanam. Para petani bekerja sejak proses pembibitan, pengolahan, panen, hingga pascapanen (penjualan). Dalam semusim tanam, komoditas tembakau virginia bisa menjadi rezeki bagi tak kurang dari 36 ribu keluarga petani di NTB, khususnya Pulau Lombok.
“Selain itu, kontribusi tembakau virginia terhadap perekonomian daerah di NTB cukup besar. Dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12, NTB mendapatkan sekitar Rp295 miliar lebih sebagai daerah penghasil tembakau. Dana itu kemudian didistribusi ke daerah kabupaten atau kota sesuai porsi produksi masing-masing,” kata Masrun yang juga Bakal Caloin (Balon) Bupati Lombok Tengah ini.
Masrun menyanyangkan, emas hijau tembakau virginia ini belum seindah namanya bagi para petani dan buruh tani di sektor tersebut. Tata kelola kemitraan dengan swasta, serta tata kelola sistem perniagaan tembakau masih belum sepenuhnya berpihak kepada masyarakat petani tembakau, termasuk di Lombok Tengah.
Hal ini yang membuat para petani tembakau seolah tengah mengadu "nasib baik" setiap kali musim tanam tiba. Sesekali harga sangat tinggi, namun saat ditanam dalam jumlah banyak, terjadi over produksi dan harga terjun bebas, anjlok. Untung bisa dalam sekejab, demikian juga rugi bisa dalam hitungan singkat.
"Maka tak heran kalau dari dulu banyak kisah Haji Mako atau yang alhamdulillah bisa berhaji dengan hasil tembakau. Tapi ada juga kisah tragis petani setres dan berupaya bunuh diri karena merugi," terangnya.
Karena itu, perlu dilakukan perbaikan dan pembenahan tata kelola pertembakauan di NTB, termasuk di Lombok Tengah,’ saran Balonbup yang didukung PKB ini. Masrun menambahkan, data Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB menyebutkan, luas areal tanam rata-rata di NTB tercatat 22 ribu-25 ribu hektare.
Lombok Tengah termasuk daerah kedua terbesar setelah Lombok Timur. Pemasaran hasil produksi juga sangat terbuka karena sejumlah perusahaan produsen rokok nasional dan mancanegara mengambil produk ini. Belasan di antaranya dengan pola kemitraan dengan petani, dan sebagian lainnya membeli lepasan.
“Untuk meningkatkan kesejahteraan petani, pemerintah daerah harus bisa berinovasi dengan program dan kebijakan yang menjadi penengah kebutuhan perusahaan swasta dan petani tembakau," ujarnya
Selain merumuskan harga dasar tembakau, lanjut Masrun, setiap masa panen, juga bisa mengatur aturan bagi perusahaan swasta untuk melindungi petani. "Kita tidak terlalu khawatir over produksi. Kalau perusahaan mitra tak membeli melebihi kuotanya, petani bisa jual ke perusahaan lain yang tidak bermitra langsung dengan petani,” pungkasnya.