
Pekanbaru, gatra.net - Jajaran penyelenggara pemilu di Provinsi Riau telah merampungkan 60% pencocokan dan penelitian (coklit) data pemilih. Coklit merupakan bagian dari tahapan pemuktahiran data pemilih.
Komisioner KPU Riau yang membidangi divisi data, Abdu Rahman, mengungkapkan capaian 60% tersebut akan terus ditingkatkan menjadi 100%.
"Untuk saat ini prosesnya 60% dari 2,6 juta pemilih di 9 wilayah pilkada se-Riau. Sisanya 40 % akan kita gesah hingga berakhirnya tahapan coklit," jelasnya kepada gatra.net, Rabu (22/7).
Tahapan coklit dilakukan oleh panitia pemuktahiran data pemilih (PPDP). Panitia ini mulai melakukan kerjanya sejak 15 Juli hingga 13 Agustus 2020. Dari data coklit sementara, Kabupaten Rokan Hilir menjadi wilayah dengan jumlah pemilih pemula terbanyak untuk pilkada 2020. Pemilih pemula di Rokan Hilir mencapai 3.079 pemilih. Sedangkan Kota Dumai menjadi wilayah dengan jumlah pemilih pemula paling sedikit, 665 pemilih.
Abdu menambahkan cepat dan lambatnya proses coklit dipengaruhi sejumlah faktor. Dari sejumlah faktor tersebut, faktor data kependudukan paling dominan memberikan pengaruh.
"Kendala yang kita temukan itu misalnya administrasi kependudukan yang tidak sesuai. Misalkan, di Kartu Tanda Penduduknya (KTP) tertulis alamat jalan A, sedangkan di Kartu Keluarga alamat jalannya B. Kendala lain dari segi geografis. Misalkan, ada wilayah-wilayah yang ketika hujan jalannya berlumpur, tak bisa diakses,"imbuhnya.
Selain kendala tersebut, persoalan juga muncul dari keengganan warga untuk mengikuti proses coklit. Ia mencontohkan kejadian di salah satu kecamatan di Kabupaten Rokan Hilir dan Kabupaten Rokan Hulu. Abdu menyebut proses coklit di kedua kabupaten tersebut ada yang mengalami kendala, lantaran faktor Covid-19.
"Di Rohil warga enggan coklit, lantaran menganggap itu bagian dari proses pendataan data bantuan sosial Covid-19, yang mana mereka tidak mendapatkan bantuan bansos. Sedangkan di Rokan Hulu, warga enggan mengikuti coklit karena takut tertular Covid-19," tukasnya.