
Palembang, gatra.net – Angka kemiskinan di Sumsel meningkat di triwulan awal, triwulan I tahun ini. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel menyatakan peningkatan angka kemiskinan 0,01% atau sebanyak 14.420 masyarakat Sumsel jatuh miskin.
Kepala BPS Sumsel, Endang Tri Wahyuni mengatakan angka kemiskinan mengalami peningkatan dibandingkan angka kemiskinan pada akhir tahun 2019 lalu. Sampai dengan Maret tahun ini, jumlah penduduk miskin di Sumsel mencapai 1.081.580 orang atau 12,66% dari jumlah penduduk. Jika dibandingkan dengan September tahun lalu, jumlah penduduk miskin meningkat 14.420 orang. “Terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin di Sumsel, baik dibandingkan pada akhir tahun 2019,” katanya dalam konfrensi pers yang diselenggarakan secara virtual (15/7).
Jika dibandingkan waktu yang sama pada tahun lalu, jumlah masyarakat miskin menurun sebanyak 0,05% dari persentase 12,71%. Untuk wilayah perkotaan pada, jumlah penduduk miskin pada Maret 2020 mengalami kenaikan menjadi 12,16% atau di pedesaan turun dari 13,02% menjadi 12,93%. “Untuk garis kemiskinan pada awal tahun ini naik 3,11% dari Rp439.041 dari Rp425.808,” sambung ia.
Penyumbang garis kemiskinan dari kelompok makanan jauh lebih besar dibandingkan kelompok dari bukan makanan. Di mana, kelompok makanan yang berpengaruh di perkotaan relatif sama dibandingkan dengan kelompok di pedesaan, di antaranya beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam, mie instan, gula pasir, roti, kopi, cabai merah dan bawang merah. Sedangkan kelompok yang bukan makanan di antaranya, perumahan, listrik, bensin, pendidikan, perlengkapan mandi dan kesehatan.
Baca juga : https://www.gatra.net/detail/news/484916/ekonomi/meski-pandemi-covid-19-inflasi-sumsel-terjaga
Endang mengatakan, peningkatan angka kemiskinan di Sumsel lebih disebabkan oleh empat faktor di antaranya, ekonomi Sumsel pada triwulan I mengalami perlambantan dibandingkan triwulan I pada tahun lalu. Selain itu, pada bulan September, inflansi Sumsel masih cukup terjaga 1,44% dan pengeluaran konsumsi pada stuktur PBD pada tahun ini hanya tumbuh 3,4% atau lebih rendah dibandingkan sebelumnya. “Pengaruh harga komoditas karet yang turun hingga 8,11% juga mendukung angka kemiskinan di Sumsel naik,” pungkasnya.