
Sragen, gatra.net - Keberadaan sumur submarsibel atau sibel, dilematis. Di satu sisi, diandalkan petani untuk menyuplai air ke sawah. Namun kebanyakan tanpa kontrol sehingga memicu habisnya air permukaan. Sumur sibel pun dituding menyebabkan kekeringan.
Ketua Komisi II DPRD Sragen, Hariyanto, mengatakan pemerintah seharusnya memberikan solusi atas persoalan menahun tersebut. Di satu sisi, fasilitas irigasi bagi petani belum merata. Sehingga mereka berinisiatif menggali sumur untuk menyuplai kebutuhan tanaman. Banyak di antaranya abai aturan penggalian.
Seharusnya, dengan kedalaman lebih dari 100 meter. Namun faktanya, 30-40 meter saja. Hal itu menguras air permukaan yang seharusnya dinikmati rumah tangga.
"Perizinan sumur sibel di bawah Pemprov. Padahal lokusnya di Sragen. Pengawadannya siapa? Kekeringan meluas karena tidak dikontrol pembuatan sumur sibel. Bahkan petani menggali lebih dari dua sumur untuk berjaga-jaga air irigasi kurang," katanya di Sragen, Rabu (8/7).
Hariyanto menegaskan, pemerintah desa harus mendapat tembusan izin untuk membantu pengawasan. Kalau tidak dilakukan, dikhawatirkan sumur warga yang dangkal ikut kekeringan. Apalagi ada yang dipakai untuk bisnis.
”Ada yang dijual ke petani lain. Listriknya ini harus kita kroscek juga sumbernya dari mana,” ujarnya.