
Medan, gatra.net – Terhambanya imunisasi selama masa pandemi dikhawatirkan menimbulkan double outbreak pada anak. Terhambanya imunisasi lebih banyak disebabkan kekhawatiran orang tua membawa anak ke pusat pelayanan kesehatan untuk imunisasi.
Hal itu dipaparkan oleh akademisi dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) dr Ari Kurniasih M.Ked (Pen), Sp.A dalam kegiatan webinar Fakultas Kedokteran UISU, Sabtu (27/6). Ari Kurniasih memaparkan bahwa sebelum pandemic covid 19, cakupan kunjungan imunisasi masih rendah.
Baca Juga: Wacana Kenormalan Baru di Sumut Harus Dikaji Serius
Hal ini diperburuk lagi selama masa pandemi, banyak orang tua khawatiran membawa anak-anaknya ke pusat pelayanan kesehatan untuk imunisasi. Rendahnya cakupan kunjungan imunisasi dapat menimbulkan penyakit campak, difteri dan penyakit lainnya.
Hal itu akan menjadi ancaman serius buat anak-anak. Karena, sebelum covid penyebab kematian bayi dan balita, karena diare, meningitis, TB, DBD masih cukup banyak. “DIkhawatirkan akan manjadi penyakit penyerta pada covid 19 anak,” katanya.
Baca Juga: Gubernur Sumut Ancam Ganti Eselon Dua Yang Tidak Berubah
Ari Kurniasih juga memaparkan bahwa data tahun 2018 Indonesia menduduki peringkat ke 73 negara dengan kondisi gawat nutrisi atau mallnutrisi. Bahkan diperkirakn 3 dari 5 anak Indonesia mengalami mallnutrisi.
Dampak pandemi covid yang diprediksi menimbulkan ancaman kelaparan global akan melahirkan kondisi gizi buruk maupun stunting. Untuk itu, sesuai anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia, Ari Kurniasih berharap agar orangtua tidak ragu dan tetap membawa anaknya untuk imunisasi.

Orang tua juga tidak perlu khawatir namun harus tetap waspada. Saat ini pusat layanan kesehatan sudah beradaptasi dengan situasi pandemic ini. Contohnya dengan menyediakan ruang tunggu berjarak dan ruang tunggu terpisah untuk anak-anak yang sakit dan anak-anak yang akan melakukan imuniasasi.
“Bahkan beberapa rumah sakit sudah menerapkan imunisasi drivethru. Orangtua membawa anaknya dan petugas langsung melakukan imunisasi di dalam mobil,”katanya.
Sementara itu, Prof. Ismet Danial Nasution dalam paparannya mengajak kepada masyarakat agar pandemic covid19 tidak hanya dilihat dari aspek keilmuan tetap juga keimanan. Prof. Ismet Danial Nasution mengajak agar masyarakat tetap mensyukuri nikmat kehidupan dan kesehatan dengan bijaksana berlandaskan keilmuan dan keimanan.
Baca Juga: GAWAT, Dalam Sehari 117 Positif Covid di Sumut
Masyarakat tetap harus menjalankan protocol kesehatan seperti yang disampaikan pemerintah dan para ahli tetapi juga tetap harus dilandaskan pada keimanan kepada Allah SWT. Sebagai salah seorang pakar kesehatan, ia menganjurkan kepada masyarakat untuk menunda ke praktik dokter gigi.
“Kecuali karena kondisi yang mendesak. Misalnya, rasa nyeri tak tertahan, adanya pembengkakan akibat infeksi yang tidak dapat diatasi pasien, adanya pendarahan yang tidak terkontrol atau trauma pada gigi atau tulang akibat kecelakaan," ujarnyarnya.
Baca Juga: DPRD Sumut Sarankan Kenormalan Baru di Zona Merah Ditunda
Webinar dengan tema Sumut Red Zone, Masalah Tantangan dan Solusi mengundang pakar-pakar kesehatan dari berbagai bidang keilmuan. Selain dr Ari Kurniasih, M.Ked (Pen) yang juga relawan di beberapa rumah sakit, Prof. Ismet Danial Nasution, drg, Ph,D, Sp.Pros (K), FICD yang juga Ketua Umum Yayasan UISU, hadir juga Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid 19 Sumut, dr. Aris Yudhariansyah, MM. Kegiatan yang dimoderatori dr. Dewi Pengestuti, M.biomed serta diikuti ratusan peserta dari dalam dan luar kota.