.jpg)
Kupang, gatra.net - Pendamping lapangan bukan hanya sekedar hadir untuk pura-pura. Juga bukan hanya hadir secara seremonial, sekedar dilantik atau diresmikan. “Seorang pendamping lapangan harus memiliki kompetensi yang mumpuni untuk mendampingi para petani. Bukan sekedar hadir dan pura –pura,” kata Wagub NTT Josef Nae Soi saat membuka kegiatan pelatihan pendamping lapangan penanaman jagung pola integrasi pertanian dan peternakan di Aula Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT (17/6).
Lebih lanjut Josef Nae Soi mengingatkan sebagai pendamping harus ada nilai tambah agar bisa meyakinkan masyarakat petani. Pendamping harus sungguh-sungguh memberi nilai tambah buat petani. "Dengan demikian petani bisa membedakan dimana harus tanam, cuacanya bagaimana dan bagaimana tanam keluar air karena itu yang paling penting,” jelas Josef Nae Soi.
Kalau seandainya jagung maupun padi itu sudah dipanen kata Josef Nae Soi, biasanya batangnya langsung dibakar. Tapi pendamping harus mempunyai ketrampilan untuk bagaimana mengfermentasi kulit jagung, kulit padi itu. “Batang padi yang sudah kering, bisa dikemasi. Digulung baik-baik campur macam-macam baru kemudian disimpan sampai 6 bulan bahkan 1 tahun. Setelah itu bisa diberikan pakan kepada hewan untuk dimakan ,” kata Josef Nae Soi.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Yohanes Oktovianus dalam laporannya menjelaskan, dalam kegiatan ini salah satunya untuk merekrut tenaga pendamping dan ini akan dilatih di 4 zona.
“Ada 4 zona dalam pelatihan pendamping ini yakni daratan Timor dan Kabupaten Rote Ndao. Berikutnya zona Sumba, Zona Flores 1 adalah Kabupaten Flores Timur, Ende dan Ngada. Terakhir Flores 2 yaitu, kabupaten Manggarai raya, Manggarai barat, Manggarai tengah dan Manggarai Timur,” kata Yohanes Oktovianus. Para pendamping ini akan dilatih oleh para tim ahli dari BPTP