
Jakarta, gatra.net - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyadari bahwa di lapangan, masih banyak guru yang mengeluhkan tuntutan kurikulum yang harus dipenuhi selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dilaksanakan.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Iwan Syahril, mengatakan melalui komunikasi yang dijalin kepada beberapa komunitas guru pasca dikeluarkannya Panduan Pembelajaran di masa Covid-19 yang disampaikan Mendikbud, Nadiem Makarim, Senin Kemarin (15/6), banyak guru yang khawatir akan tuntutan pemenuhan kurikulum tersebut.
“Masih ada semacam beban mental untuk mereka dituntut habiskan atau menuntaskan beban kurikulum seperti dalam kondisi sebelumnya,” kata Iwan saat hadir dalam telekonferensi daring, Selasa, (16/6).
Dirjen GTK menjelaskan, mengacu pada SE Mendikbud Nomor 4 tahun 2020, inti dari instruksi Mendikbud dengan jelas mengutamakan keselamatan dan kesehatan insan pendidikan seperti guru, Peserta didik, orang tua, dan lainnya masih menjadi hal yang terpenting.
“Karena itu perlu penyesuaian. Maka kurikulum ini kita bisa sesuaikan sesuai konteks kondisi anak-anak dan sekolah dia berada dan pembelajaran apa yang memungkinkan di sekolah tersebut,” kata Iwan.
Sesuai dengan kontes pembelajaran di global, Iwan menyarankan agar guru dapat membuat suatu assesment kepada para peserta didiknya masing-masing. Assesment tersebut diyakini mampu membantu guru dan sekolah untuk mengajar sesuai kondisi dan tingkat perkembangan serta pemahaman sang anak.
“Kurikulum tidak perlu dituntaskan, tapi harus ada progres dari anak sesuai perkembangan dan kondisi dimana mereka berada saat ini. Kalau dipaksakan ke depannya, dampaknya makin buruk. Kita perlu pastikan anak itu ada progres sesuai tingkat perkembangannya dan tidak dipaksakan,” ujarnya.