
Jakarta, gatra.net - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membekali petani dan penyuluh pertanian soal cuaca dan iklim agar mereka bisa melakukan cocok tanam secara tepat. Ini dilakukan mengingat terjadinya cuaca ekstrem atau menyimpangnya cuaca di Indonesia.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam keterangan pers, Minggu (7/6), menyampaikan, untuk membekali petani dan penyuluh pertanian, pihaknya menggelar Sekolah Lapangan Iklim (SLI) secara virtual di Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, Temanggung, Jawa Tengah (Jateng), kemarin.
BMKG menggelar SLI tersebut mengingat cuaca eketrem atau menyimpangnya cuaca dari nilai normal akhir-akhir ini yang berpotensi menurunkan produktivitas pertanian hingga terjadinya gagal panen.
Menurutnya, potensi tersebut bisa terjadi, apalagi jika para petani masih berpatokan secara tradisional yakni pada hari dan bulan atau yang dikenal dengan kearifan lokal Pranoto Mongso.
Terjadinya cuaca ektreem membuat petani harus berpatokan pada data dan informasi, yaitu kondisi dan prediksi curah hujan, suhu udara, kelembapan, serta arah dan kecepatan angin untuk tiap wilayah kecamatan.
"Petani dan penyuluh pertanian perlu dibekali dan mendapat sosialisasi secara massif dan menerus tentang cuaca dan iklim," katanya.
Dengan adanya pemahaman tersebut, lanjut Dwikorita?, selain produksi yang dihasilkan semakin meningkat, informasi dari BMKG dapat dimanfaatkan secara maksimal guna mendukung ketahanan sektor pertanian dan kedaulatan petani.
SLI virual ini, kata Dwikorita, digelar sebagai langkah antisipatif BMKG menghadapi cuaca dan iklim ekstrem di tengah pandemi coronavirus disease 2019 (Covid)-19 yang mengancam kualitas dan kuantitas produksi pertanian.
"Dalam pelatihan tersebut, petani dan penyuluh pertanian dibekali kemampuan dan keterampilan dalam memanfaatkan informasi dan prediksi cuaca ataupun iklim," ungkapnya.
Kemampuan tersebut, di antaranya untuk menjaga ketahanan tanaman dalam kondisi cuaca ekstrem, sehingga para petani bisa menjaga atau meningkatkan produksi dan kualitas komoditas yang dihasilkan melalui sejumlah materi pengetahuan.
Pemahaman informasi dan prakiraan iklim atau musim disampaikan secara digital melalui Aplikasi Mobile Phone Info BMKG yang didukung dengan kehadiran Forum Konsultasi Petani SLI melalui Whatsapp (WA) Group.
Penyampaian materi dan konsultasi dilakukan secara virtual dengan bahasa yang sederhana agar mudah dimengerti oleh petani dan penyuluh pertanian. Metode pembelajaran jarak jauh ini dilaksanakan sebagai langkah pemutusan mata rantai penyebaran Covid-19, tanpa menghilangkan substansi pokok dalam SLI.
Lebih lanjut Dwikorita menyebutkan bahwa tidak ada yang bisa menghindar dari cuaca ekstrem, tetapi dengan kesigapan beradaptasi, risiko bisa diminimalisir sekecil mungkin.
"Kami berkomitmen penuh memberikan pendampingan bagi para petani dan penyuluh pertanian agar mampu dengan cepat beradaptasi terhadap situasi iklim kekinian, dan bahkan dapat diantisipasi atau dimitigasi potensi kegagalan panen berdasarkan info prediksi potensi cuaca ekstrem," ujarnya.
Sebelumnya, penanaman bawang merah di daerah ini sempat terganggu cuaca ekstrem pada bulan Mei lalu. Namun, dengan adanya forum komunikasi SLI antara BMKG, penyuluh pertanian, dan para petani, serta informasi dari BMKG, maka cuaca ektrem itu dapat diantisipasi dan dilakukan adaptasi secara tepat untuk menghindari kerusakan tanaman dan kegagalan panen.
Hadir dalam acara tersebut Anggota DPR RI, Sudjadi, yang juga sebagai inisiator dan Pembina SLI, Bupati Temanggung, Muhammad Al Khadziq; serta Kepala BMKG Pusat, Dwikorita Karnawati; dan Koordinator BMKG Jawa Tengah, Tuban Wiyoso.
SLI itu juga dihadiri Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, secara virtual melalui sambungan video conference. Ia mendorong petani untuk memanfaatkan sistem informasi yang dikeluarkan BMKG guna meningkatkan produktivitas dan hasil pertanian.