
Jakarta, gatra.net - Pengamat Intelijen dan Keamanan, Stanislaus Riyanta, mengatakan, kelompok tertentu memanfaatkan situasi pandemi coronavirus disease 2019 (Covid)-19 untuk membuat narasi untuk menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah. Bukan hanya narasi, pandemi ini dimanfaatkan teroris untuk melakukan aksi.
"Karena pemerintah fokus ke penanganan pandemi, ini muncul kerawanan yang dimanfaatkan oleh beberapa kelompok untuk membuat kisruh," ujarnya dalam webinar bertajuk "Era Normal: Indonesia Optimistis Versus Indonesia Terserah" gelaran Indonesian Public Institute (IPI), Kamis (4/6).
Upaya-upaya tersebut, di antaranya terjadinya aksi teror di Poso dan Kalimantan Selatan (Kalsel), serta berbagai ancaman lainnya yang memanfaatkan pandemi Covid-19.
"Dia menggunakan kesempatan ini, selain untuk menunjukkan eksistensisnya, juga menyebarkan narasi-narasi untuk menjadi mosi tidak percaya kepada pemerintah," katanya.
Adapun narasi yang dibangun agar masyarakat ?tidak percaya kepada pemerintah, di antaranya dengan menggunakan sulitnya kondisi ekonomi dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang menjadikan sulitnya mendapat pekerjaan dan penghasilan.
"Isu-isu ini dimainkan oleh kelompok-kelompok tersebut agar [masyarakat] tidak percara kepada pemerintah," katanya.
Stanislaus Riyanta melanjutkan, ada juga diskusi penghentian atau pemakzulan presiden. Walaupun itu merupakan ranah kebebasan akademik dan sah-sah saja mendisukusinya di era demokrsi, namun saatnya tidak tepat.
"Diskusi-diskusi pemakzulan juga terjadi. Kalaupun itu ranah akademis, itu sah-sah saja, tetapi dari sisi etika, mungkin tidak etis melakukan pemakzulan presiden ketik sedang terjadi bencana nasional," ujarnya.
Ia pun meminta aparat keamanan harus mengungkap pelaku teror terhadap pihak yang akan menggelar diskusi tersebut. "Pelakukanya siapa, harus diungkap. Karena saya yakin bukan pemerintah, ini harus diungkap aparat keamanan agar tidak menjadi fitnah dan ganjalan demokrasi. Ini masalah serius," katanya.
Menurut Stanislaus Riyanta, ada juga orang mengusung ideologi selain Pancasila, memakai narasi-narasi di tengah pandemi ini. "Ada orang yang sebar pamplet ideologi hilafah bahkan juga kelompok HTI yang terbukti dilarang pemerintah, mengadakan diskusi dengan fakta-fakta men-statement sebagai HTI meski HTI sudah dilarang," katanya.
Selanjutnya, ada juga yang meminta preiden mengundurkan diri dan lain-lain. "Ini menjadi kelompok-kelompok yang mengisruh, membuat situasi rusuh memanfatkan situsi pandemi ini, ini harus diwaspadai, karena saat ini TNI Polri juga berada penanganan Covid-19," katanya.