
Yogyakarta, gatra.net - Kematian pasien positif Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta ajeg selama tiga pekan ini. Namun kematian pasien terkait Covid-19 masih terus terjadi.
DIY mencatat terdapat pasien dalam pengawasan (PDP) 1.049 orang dan orang dalam pemantauan (ODP) 5.272 orang hingga Jumat (8/5) sore.
Wakil Ketua Sekretariat Gugus Tugas Penanganan Covid-19 DIY Biwara Yuswantana menjelaskan, dari 1.049 PDP itu, 152 orang menjalani rawat inap dan 835 orang rawat jalan dan atau selesai pengawasan. “Dan 62 orang meninggal, “kata Biwara saat jumpa pers, Jumat petang.
Adapun para PDP tersebut telah menjalani tes Covid-19 di laboratorium. Hasilnya 782 orang negatif, termasuk 43 orang meninggal dunia dan 143 orang positif. Pada Jumat (8/5), terdapat enam pasien positif baru dan dua pasien positif Covid-19 sembuh.
Alhasil, dari kasus positif tersebut, 77 orang masih dirawat, 59 orang sembuh, dan tujuh meninggal.
Berdasarkan catatan gatra.net, jumlah kasus kematian sebanyak tujuh orang ini ajeg sejak 17 April 2020 atau tiga pekan silam. Sejak itu, Pemda DIY menyatakan tak terjadi kasus kematian pada pasien positif Covid-19.
Adapun 124 PDP masih dalam proses tes laboratorium. Biwara menyatakan, hari itu terdapat dua kasus PDP yang meninggal dunia. Keduanya adalah laki-laki, 61 tahun dari Bantul dan perempuan 34 tahun dari Sleman. “Yang perempuan ini belum dilakukan swab,” ujar Biwara.
Data Pemda DIY mencatat secara akumulatif ada 12 PDP meninggal saat proses tes laboratorium. Setelah hasil tes keluar, pasien akan dicatat di data kematian positif atau negatif Covid-19.
Kemarin Jumat, misalnya, Biwara mengumumkan terdapat dua hasil uji lab yang menunjukkan negatif bagi PDP yang meninggal saat uji lab masih berlangsung.
Sehari sebelumnya, Kamis (7/5), Juru Bicara Pemda DIY untuk Penanganan Covid-19 Berty Murtiningsih merinci ada tiga PDP wafat saat proses tes. Mereka adalah perempuan 56 tahun dari Sleman, laki-laki 13 tahun dari Bantul, dan perempuan 67 tahun dari Sleman. pasien yang disebut terakhir ini belum di-swab.
Pada Rabu (6/5), lima PDP dalam proses tes meninggal. Mereka berusia 49, 56, 63, 68, dan 77 tahun, serta empat di antaranya disebut punya riwayat penyakit seperti stroke, sakit jantung, sakit ginjal, dan diabetes melitus.
“(Keempatnya) sudah diambil swab. Hanya yang terakhir yang belum sempat,” kata Berty dalam pernyataan tertulis.
Pada tanggal 1,2, 4 dan 5 Mei tak ada laporan kematian PDP. Namun pada 3 Mei 2020 ada tiga PDP meninggal. Dua orang sudah di-swab dan satu orang tidak di-swab.
Dengan demikian, dalam sepekan pertama di Mei 2020 ada 13 orang PDP Covid-19 meninggal. Sepuluh orang di antaranya meninggal dalam tiga hari terakhir.
Jika mengacu jumlah akumulatif bahwa ada 7 pasien positif meninggal dan 12 PDP wafat, ada 19 orang terkait Covid-19 yang meninggal di DIY.
Adapun total PDP meninggal sejak Covid-19 ditemukan perdana di DIY pada 15 Maret 2020, sesuai data resmi Pemda DIY, adalah 62 orang.
Badan kesehatan dunia WHO menyatakan korban Covid-19 bukan hanya mereka yang meninggal setelah terkonfirmasi positif lewat tes laboratorium, melainkan juga mereka yang wafat dengan gejala klinis diduga Covid-19.
Manager Program Geospatial Epidemiology Eijkman-Oxford Clinical Research Unit Iqbal Elyazar pernah mengingatkan bahwa angka meninggal dunia hanya untuk pasien positif Covid-19 tidak representatif menggambarkan situasi pandemi.
“Jadi pertimbangkan pula PDP dan ODP yang meninggal dunia. Bahkan di suatu daerah angkanya bisa tiga kali lipat dari positif yang meninggal,” ujar Iqbal saat dihubungi akhir April lalu.
Apalagi pakar epidemiologi Universitas Gadjah Mada, Riris Andono Ahmad, menyatakan telah ada empat klaster besar Covid-19 di DIY. Artinya, penularan makin luas dan peningkatan kasus Covid-19 masih akan terjadi.
“Dengan semakin meluasnya penularan di komunitas, maka masyarakat diimbau agar selalu waspada terhadap potensi penularan dengan melakukan pembatasan sosial secara konsisten,” tutur Riris, Jumat (8/5).