Home Laporan Khusus Memastikan Aman Hingga Lebaran

Memastikan Aman Hingga Lebaran

Ketahanan pangan berpotensi terganggu akibat pandemi COVID-19. Gula pasir dan bawang putih jadi fokus pengendalian. Sejumlah kebijakan impor direlaksasi.


Di tengah wabah COVID-19, pemerintah punya tugas penting menjaga ketahanan pangan. Pasokan bahan pokok serta stabilitas harga wajib terjaga. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, harga beras, minyak goreng, terigu, kedelai, daging sapi, dan telur ayam terpantau stabil. Patokan stabil, yaitu fluktuasi harganya berkisar 0-5%. "Harga kebutuhan bahan pokok sebagian besar menunjukkan stabilitas yang baik. Stok di pasar cukup terpenuhi dan aman," ujar Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto.

Namun, ada dua komoditas yang mendapat perhatian serius pemerintah, yaitu gula pasir dan bawang putih. Mari tengok bawang putih terlebih dahulu. Harga di tingkat konsumen meroket tinggi di atas harga eceran tertinggi (HET) Rp12.500 per kilogram. Harga rata-rata nasional mencapai Rp18.200 per kilogram atau naik 45% dari HET. Di Manokwari, bahkan gula pasir dihargai Rp22.000 per kilogram. Harga jual dari produsen ke distributor pun mahal, yaitu Rp10.500-12.300 per kilogram, di atas harga rata-rata Rp11.200 per kilogram.

Tingginya harga gula pasir menjadi perhatian serius pemerintah. Agus mengatakan, perlu tindakan tegas dalam meredam harga gula. Satgas Pangan bersama Kemendag, membentuk Tim Pengawas dan Monitoring Gula yang khusus mengawal distribusi gula agar harga di end user sesuai HET. Ia juga menginstruksikan seluruh distributor agar tidak menahan stok. Strategi lain, yaitu memangkas rantai distribusi dengan cara distributor langsung menyalurkan gula ke pengecer di pasar, tidak menjualnya ke distributor lain.

Selain itu, Perum BULOG ditugasi melakukan impor. Kemendag juga mengizinkan pengalihan gula rafinasi menjadi gula konsumsi sebanyak 250.000 ton. Saat ini, sebanyak 99.000 ton sudah disebar ke pasar.

Untuk bawang putih, harga rata-rata nasional menyentuh angka Rp36.900 per kilogram. Upaya stabilisasi dilakukan dengan merelaksasi impor dalam Permendag 27 Tahun 2020 yang berlaku mulai 18 Maret hingga 31 Mei 2020. Dalam beleid tersebut, impor bawang putih dan bawang bombai tidak memerlukan Persetujuan Impor dan Laporan Surveyor.

Di samping itu, Satgas Pangan Polri berupaya menjamin distribusi pangan dari produsen sampai ke konsumen lancar. Hingga Lebaran, stok pangan pokok masih aman.

"Beras, minyak, daging ayam, sapi, gula, sudah mulai masuk. Kemudian bawang merah, putih juga sudah mulai masuk. Prediksi saya, sampai habis Lebaran ini, kita stoknya lebih dari aman," tutur Kepala Satgas Pangan Polri, Brigjen Daniel Tahi Monang Silitonga, saat dihubungi Wartawan GATRA, Erlina Fury Santika.

Tim ini juga mengawasi harga pangan agar tidak ada yang bermain. Jika ada penimbunan yang dilakukan distributor atau pun subdistributor, Satgas tak segan menindak. "Kita lakukan teguran, penyampaian terhadap para subdistributor, kemudian retail yang menaikkan harga terlalu tinggi. Kalau mereka tetap bandel, ya kita lakukan penyitaan," ujar Daniel.

Satgas membenarkan harga beras stabil tinggi meski saat ini musim panen raya. Banyak aksi solidaritas pemberian sembako yang dilakukan institusi maupun individu. Akibatnya, permintaan beras pun meningkat, sehingga harga di pasaran mahal. Tak ada temuan penimbun nakal terkait harga beras.

"Hukum ekonomi berlaku. Jika permintaan bertambah, maka sedikit harga naik di tempat tertentu. Seperti Jakarta ada naik sedikit, karena banyak permintaan untuk di-packing dijadikan paket sembako," tutur Daniel. Ia mengatakan, beras premium dihargai Rp12.500, sedangkan nonpremium berkisar Rp9.500-Rp10.500. Meski permintaan tinggi, stok beras cukup. Satgas Pangan mengawasi distribusi beras dari daerah surplus ke daerah defisit.

***

Anggota Komisi IV DPR RI, Herman Khaeron, memaklumi naiknya harga sejumlah kebutuhan pokok. Pasalnya, ada penurunan produksi serta terhambatnya distribusi. Meski keran impor dibuka, tetap saja ada kendala di negara pemasok akibat pandemi COVID-19. Imbasnya, produksi dan distribusi pun terganggu. Apalagi, beberapa negara membatasi impor untuk menjaga stok dalam negeri.

"India, misalkan, sebagai supplier daging kerbau dan gula. Cina juga sebagai supplier gula, mereka sedang lockdown juga. Proses pengadaan barang pokok sangat terkendala. Bahkan, mereka membatasi untuk ekspor," kata Herman kepada Wartawan GATRA, Qonita Azzahra.

Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pertanian menunjukkan, pasokan pangan masih surplus. Mengacu pada dua hal itu, krisis pangan tidak akan terjadi. Namun, Herman mengingatkan pemerintah tetap waspada. Ia memberikan catatan agar krisis tak terjadi.

Pertama, mengembalikan peran Perum BULOG menangani sembilan bahan pokok seperti di era Orde Baru. Ini akan membuat para spekulan tak berani memainkan harga karena Perum BULOG bertugas sebagai stabilitator.

Kedua, membuka lahan baru untuk komoditas pangan. Saat ini, jumlah lahan produktif terus menurun karena beralih fungsi. Sarana dan prasarana pertanian, serta jaminan hidup selama masa produksi, harus dijamin pemerintah. Semua kebutuhan tersebut harus dihitung. 

"Ekstensifikasi itu harus menambah luas lahan. Tanpa itu, dengan pertumbuhan penduduk yang 1,4% tiap tahun, konsumsinya juga naik terus. Harus ada perluasan lahan," ujar Herman.

Ketiga, diversifikasi pangan agar konsumsi masyarakat bervariasi, tidak hanya mengandalkan beras. Misalnya, mengembangkan kembali sagu sebagai makanan pokok masyarakat di Timur Indonesia. Lalu, mengembalikan jagung sebagai makanan utama orang Madura dan Nusa Tenggara Barat. Aspek lain, luas daratan Indonesia hanya sepertiga, sisanya berupa lautan. Reorientasi pangan yang berasal dari laut bisa dilakukan.

"Membudidayakan rumput laut, kemudian beralih makannya. Makan nasinya lebih sedikit, tapi makan ikannya lebih banyak," Herman menjelaskan.

***

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, memastikan stok bahan pangan di daerahnya masih aman hingga 13 bulan. Hanya dua komoditas pangan yang masih mengalami kekurangan, yaitu gula dan bawang putih.

Meski pasokan aman, Ganjar tetap akan mengantispasi adanya gelombang masyarakat yang datang ke Jawa Tengah. Tiga skenario disiapkan. Pertama, logistik pangan Maret-Desember terjaga untuk penduduk Jateng sebanyak 34,5 juta jiwa. Kekurangan yang tidak bisa dipenuhi pasokan domestik diatasi dengan impor. "Gula pasir, impor bulan Juni 2020. Bawang putih juga dicukupi impor," ucapnya.

Skenario kedua, adanya tambahan sekitar 500.000 pemudik. Ketahanan pangan mencapai 11,5 bulan. Kekurangannya akan ditutup impor. Terakhir, pasokan pangan akan terjaga selama 11 bulan jika jumlah pemudik mencapai satu juta orang.

Selain menjaga pasokan, Pemerintah Provinsi Jateng pun memantau stabilitas harga pangan pokok. Hingga saat ini, Ganjar mengeklaim harga relatif normal. "Kita juga menjaga fluktuasi harga pangan. Kita pantau dan kita kendalikan inflasinya," ujarnya.

Putri Kartika Utami dan Budi Arista Romadhoni (Semarang)