
Jakarta, gatra.net - Peneliti dari Pusat Penelitian Kimia LIPI, Dr. Teni Ernawati menyampaikan, sejatinya potensi dari tumbuhan obat Indonesia sangatlah besar. Hal itu tercermin dari sumber diversifikasi dari tanaman obat yang sangat melimpah.
Teni menyampaikan, kekayaan Sumberdaya Alam Indonesia dari jenis tanaman obat pun telah diakui oleh negara-negara lain. Dirinya melihat, potensi tersebut juga terefleksi dari kerjasama pengembangan obat herbal yang selalu melibatkan tanaman obat dari dalam negeri
"Dari kerjasama dnegan negara-negara lain, itu pasti ada minta diversifikasi sumber potensi alam Indonesia. Baik itu tumbuhan dari darat maupun dari laut. Hampir semua kerjasama luar negeri itu memang membutuhkan sumber daya alam kita," kata Teni saat dihubungi, Kamis (9/4).
Teni menyampaikan, potensi obat herbal Indonesia pun sejatinya sangat besar. Dari Jamu saja, saat ini sudah ada ribuan jamu yang telah di eksplorasi. Namun kedepan, butuh proses uji klinis tambahan unkmtuk menyaring obat herbal berupa jamu tersebut untuk kemudian menjadi Obat Herbal Terstandar (OHT) lalu kemudian menjadi Fitofarmaka.
"Jadinya, memang jamu yang ada ribuan itu akan tersaring menjadi OHT yang sudah terstandardisasi. Dari situ sudah terfilter 100an OHT, lalu dari situ kemudian akan menjadi Fitofarmaka yang sudah melewati uji klinis di Rumah Sakit," jelas Teni.
Teni juga menjelaskan, Jamu yang telah berbasis OHT memang belum bisa diklaim sebagai pengobatan, melainkan hanya berupa pencegahan atau preventif. Hal itu dikarenakan belum adanya uji klinis yang dilakukan dari OHT tersebut, sehingga untuk mengklaim hal tersebut menyembuhkan butuh adanya uji klinis lanjutan yang dilakukan Dokter dan Rumah sakit.
"Nah, memang BPOM kan tidak memperbolehkan ada klaim tersebut. Ada pelarangan dari BPOM untuk mengklaim sebagai obat, pada saat herbal itu belum diuji klinis. Memang harus terbukti, khasiatnya di pasien," pungkas Teni.