
Cilacap, gatra.net – Kapolres Cilacap, Derry Agung Wijaya mengimbau agar para perantau asal Cilacap tak mudik, meski sudah mendekati bulan Ramadan. Uniknya, imbauan itu dia sampaikan dengan bahasa Banyumasan alias Ngapak. Lazimnya, menjelang Ramadan perantau akan pulang ke kampung halaman. Akan tetapi, setelah itu mereka akan kembali ke Jakarta. Arus mudik terbesar terjadi pada menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Kapolres pun mengakui, bagi perantau tak mudik adalah sesuatu hal yang berat. Akan tetapi, menurut dia akan lebih berat jika keluarga perantau terpapar virus Corona Covid-19. “Saya meminta tolong, kepada bapak, ibu, mas, mbak, jangan dulu pulang ke Cilacap,” ucapnya, dalam bahasa Panginyongan.
Penularan dari para perantau, terutama yang di Jakarta berisiko sangat tinggi. Pasalnya, sentrum Covid-19 Indonesia berada di Jakarta dan sekitarnya. Pasien terkonfirmasi positif terbanyak berada di ibu kota.
Sekretaris Daerah Kabupaten, Farid Ma’ruf mengatakan pada akhir Maret sebanyak 15 ribu lebih perantau telah tiba di Cilacap. Jumlah itu adalah akumulasi dari 24 kecamatan di Cilacap. Dalam pendataan dan pemantauan ini, Pemkab berkoordinasi hingga tingkat kecamatan, desa dan RT/RW.
Dia menjelaskan, Pemkab telah mengimbau agar perantau tak pulang ke daerah asal. Akan tetapi, lantaran sudah berada di kampung halaman, maka mereka akan menjalani karantina selama 14 hari untuk mencegah penularan Covid-19. “Kita berkoordinasi dengan pemerintah desa, sampai RT dan RW,” ujarnya.
Pada Minggu, 5 April 2020, Jumlah orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 1.067 orang, dengan rincian 140 orang sudah selesai pemantauan dan dinyatakan sehat, sedangkan 27 orang masih dalam pemantauan. PDP berjumlah 46 orang, dengan rincian 15 orang sudah dinyatakan negatif, sedangkan 31 orang menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.
Jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 sebanyak empat orang dengan rincian tiga dalam perawatan dan satu meninggal dunia.