Home Laporan Khusus Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah

Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah

Kasus demam berdarah melanda Indonesia. Jumlah penderita mencapai puluhan ribu dengan jumlah pasien meninggal lebih dari 100 orang. Dipengaruhi musim hujan dan perilaku hidup tidak bersih. Tren mulai menurun, tetapi tetap perlu diwaspadai.


Tiga dokter spesialis penyakit dalam, tiga dokter anak, perawat, dan tenaga medis dengan jumlah 30 personel, berangkat ke Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak awal Maret 2020. Mereka tinggal di sana selama 10 hari, membantu penanganan kasus demam berdarah yang melanda daerah tersebut sejak awal tahun ini.

Senin, 10 Maret 2020, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pun menjejakkan kakinya di provinsi yang saat ini memiliki jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) terbanyak itu. "Dengan jumlah dokter yang terbatas di Sikka, jelas tidak memungkinkan untuk penanganan DBD, karena itu saya tadi sudah membawa tim dokter dan juga perawat dari Jakarta," kata Terawan kepada wartawan di sela-sela kunjungannya ke RSUD Prof. Dr. WZ Johannes di Kota Kupang, Senin pekan lalu.

Di Kabupaten Sikka, kasus DBD sudah ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) sejak Januari 2020 sampai saat ini. Bahkan, status itu sudah diperpanjang sampai tiga kali. Di NTT, ada 1.400 kasus demam berdarah, dengan 1.100 kasusnya berada di Kabupaten Sikka. Kasus ini juga menimbulkan kematian. Di NTT tercatat ada 39 pasien meninggal, yang 14 di antaranya berasal dari Sikka.

Wabah demam berdarah tahun ini, menerjang Indonesia seiring merebaknya pandemi COVID-19. Selain di NTT, tingginya jumlah pasien juga tercatat di Provinsi Lampung yang mengalami lonjakan kasus DBD. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung mencatat, sampai Februari 2020 terdapat 1.408 kasus di seluruh wilayah Lampung dengan angka kematian akibat DBD mencapai 10 orang sepanjang Januari-Februari 2020.

"Peningkatan DBD terjadi pada Januari dan Februari. Peningkatan terjadi selalu bertepatan dengan musim hujan. Untuk Maret 2020, ada 325 kasus DBD, dan ini sudah menurun," ujar Kabid Promkes Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung, Media Lisna, Selasa lalu.

Terkait penanggulangan dan pencegahan, Lisna menjelaskan, pihaknya sudah melakukan pencegahan sejak Oktober lalu. "Selain di-fogging, yang terpenting jentik nyamuknya harus dibasmi. Ini kami tekankan agar lebih maksimal," ucapnya.

***

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengeklaim upaya pemerintah mengirimkan bantuan tim medis ke Sikka berhasil menurunkan jumlah penderita. "Kemarin kita pulang ke Jakarta hari Minggu, kita sudah lihat penurunan kasus DB di sana, yang tadinya setiap hari kita menemukan 75-100 kasus, sekarang sudah mulai 25-30 kasus," tutur Siti ketika ditemui GATRA di Gedung Kemenkes, Jakarta.

Meski sudah dipulangkan, tim medis dari Jakarta tetap memberikan asistensi. Di lapangan, ada personel dari KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan) dan tenaga bantuan tetap provinsi yang diambil dari kabupaten lain untuk membantu di sana. "Untuk pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk, itu kita kirim dari pusat. Termasuk juga larvasida, cairan infus, kita bawa. Di sana kurang," kata Siti.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT, drg. Domi Mere, mengonfirmasi keadaan ini. Kepada GATRA, ia menjelaskan bahwa tren jumlah penderita DBD di NTT sudah menurun. Walau trennya menurun, tetapi tiga Kabupaten, yakni Sikka, Lembata, dan Alor, masih tetap berstatus KLB. Hal ini karena penderitanya masih terbanyak dibanding 22 kabupaten/kota di NTT saat ini. "Teman-teman petugas medis dibantu pihak terkait dari provinsi, dan kabupaten tersebut terus berusaha untuk membantu para penderita. Saya optimis dalam waktu tidak terlalu lama lagi, status KLB tersebut sudah bisa dicabut," ujarnya.

Mengenai penanganan daerah lain di Indonesia, Siti mengatakan bahwa sejauh ini penanganannya diserahkan ke daerah masing-masing. Belum akan ada pengiriman tenaga bantuan seperti yang dilakukan ke Sikka, karena belum ada daerah lain yang menyatakan kembali adanya KLB demam berdarah. Asumsinya, keadaan masih bisa ditanggulangi oleh pemda setempat. "Tapi kita menganalisis, kalau trennya meningkat, kita feedback untuk hati-hati dan segera melakukan penanganan, intervensi," katanya.

Berkaca dari data tahun-tahun sebelumnya, wabah DBD biasanya mencapai puncaknya pada April. Tahun lalu, bulan Maret puncaknya. "Tapi kita enggak tahu apakah di April baru muncul, karena kita bisa melihat di Jabar itu kasusnya sangat rendah, tapi kemudian sekarang dia jadi nomor satu dengan 4.000 kasus," ucap Siti.

Siti juga meminta masyarakat dan pemerintah daerah untuk waspada terhadap demam berdarah. Menurutnya, hal ini bisa dilakukan dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) sebelum masa penularan. Analoginya, nyamuk tersebut digempur di depan, sehingga tempat-tempat potensi nyamuk berkembang sudah dihilangkan di awal.

Siti mencontohkan, beberapa daerah seperti di NTT, wabah DBD bisa muncul karena sampah-sampah seperti bekas air minum kemasan dibiarkan terbuka di luar. Otomatis jika ada hujan akan menjadi genangan. Di situlah nyamuk akan berkembang. "Sama saja kayak corona. Anda harus patuh, kerja sama masyarakat itu penting. Demam berdarah itu kan membutuhkan kontribusi besar dari masyarakat untuk berperilaku bersih," ujarnya.

Hidayat Adhiningrat P., Erlina Fury Santika, Antonius Un Taulin (Kupang), dan Karvarino (Lampung)

***

Penderita DBD Tiga Tahun Terakhir

- 2018

Jumlah penderita: 65.602

Penderita meninggal: 467

Case fatality: 0,71

- 2019

Jumlah penderita: 137.761

Penderita meninggal: 917

Case fatality: 0,67

- 2020 (Hingga Maret)

Jumlah penderita: 25.693

Penderita meninggal: 164

Case fatality: 0,64

(Sumber: Kementerian Kesehatan)

 

Kabupaten/Kota dengan Kasus DBD Tertinggi Tahun 2020

1. Kabupaten Sikka (1.292 kasus)

2. Kabupaten Pringsewu (605 kasus)

3. Kabupaten Malang (515 kasus)

4. Kabupaten Lampung Tengah (505 kasus)

5. Kota Kupang (407 kasus)

6. Kota Jambi (411 kasus)

7. Kabupaten Ciamis (381 kasus)

8. Kabupaten Lampung Timur (380 kasus)

9. Kota Bandung (378 kasus)

10. Kabupaten Belu (318 kasus)

(Sumber: Kementerian Kesehatan)