
Cilacap, gatra.net – Koperasi Mina Sidat Bersatu, Cilacap, Jawa Tengah terus menggenjot produksi untuk memenuhi kuota ekspor sidat (Anguilla spp) ke Jepang. Salah satunya dengan membangun kemitraan melalui pembudidaya ikan di luar daerah.
Pembina Koperasi Mina Sidat Bersatu, Ruddy Sutomo mengatakan kemitraan dibangun dengan pembudidaya sidat di sejumlah daerah, seperti Sukabumi, Bandung dan Kebumen.
Mitra dilatih untuk memelihara sidat agar sesuai dengan standar pasar Jepang.
“Standar ekspor ke Jepang sangat tinggi. Terutama di kualitasnya. Maka harus selektif sejak bibit, pakan dan lain sebagainya,” kata Ruddy di Cilacap, Jumat (21/2).
Menurutnya, keahlian memelihara sidat sesuai dengan standar ekspor ini penting untuk memastikan agar produksi sidat mitra tidak ditolak pasar Jepang. Sebab, sebagian besar penyedia sidat atau Unagi di Jepang adalah restoran kelas atas.
“Nanti bibit dari kita. Pakan juga dari kita. Kemudian sidatnya kita beli,” ujarnya.
Ruddy mengaku sudah bermitra dengan 15 orang di luar anggota koperasi Mina Sidat Bersatu. Tiap bulan, pihaknya juga menggelar pelatihan untuk terus menambah jumlah mitra agar kuota ekspor bisa segera terpenuhi.
“Ada sekitar 15 orang ya. Tapi kita terus mengadakan pelatihan. Setiap angkatan lima orang,” ucapnya.
Ruddy mengemukakan, kebutuhan sidat di negara Jepang sangat besar. Per tahun, kebutuhan sidat mencapai 38 ribu ton. 80 persen dari kebutuhan konsumsi masyarakat itu dipenuhi dari sidat negara lain.
Kebutuhan itu, lanjut Ruddy terus meningkat lantaran benih sidat di Jepang semakin minim. Sementara, konsumen terus bertambah. Ke depan kebutuhan sidat Jepang akan semakin tinggi.
“Yang pertama saya bicara soal pasar. Kebutuhan di Jepang terus meningkat,” katanya.
Ruddy menjelaskan, sejumlah perusahaan telah mengekspor sidat ke Jepang. Dia pun mengaku sudah mendapat permintaan kontrak dari pembeli Jepang. Namun terkendala jumlah produksi, sedangkan ia masih menggabungkan diri bersama dengan pembudidaya lain untuk mengekspor sidat atas nama perusahaan tertentu.
“Kita ada juga di Jakarta. Minimal order lima ton per bulan. Kita baru memproduksi sekitar satu ton,” ucapnya.