Home Hukum Sebanyak 30 Polisi Polda NTT Dikirim ke Sukabumi

Sebanyak 30 Polisi Polda NTT Dikirim ke Sukabumi

Kupang, gatra.net -- Wakapolda NTT Brigjen Johni Asadoma, Rabu 19 Februari 2020 bertempat di Hotel Kristal Kupang, memimpin sidang kelulusan Sekolah Inspektur Polisi ( SIP) angkatan ke-49 tahun 2020. Dia didampingi Karo SDM dan Irwasda dan pejabat utama Polda NTT lainnya.

“Seleksi Sekolah Inspektir Polisi ( SIP ) kali ini cukup bersih, akuntabel dan humanis. Setiap tahapan selalu diikti pengawas external dari luar Polda termasuk wartawan. Karena itu tidak boleh menuding jika ada yang bermain itu dan ini untuk meluluskan seseorang,” tegas Wakapolda NTT Brugjen Johni Asadoma.

Lebih lanjut Brigjen Johni Asadoma yang juga Ketua PB Pertina ini minta agar bagi anggota yang belum lulus jangan berkecil hati dan putus asa. Tetapi harus terus mempersiapkan diri untuk mengikuti gelombang berikutnya tahun 2021 mendatang.

“Bagi anggota yang belum berhasil saya harapkan agar jangan berkecil hati dan putus asa. Siapkan diri lagi, latihan olah raga, belajar ulang soal –soal ujian yang ada dengan refrensi buku bacaan yang berkaitan dengan materi ujian. Kalau persiapannnya bagus pasti akan berhasil dan lulus,” jelas Brigjen Johni Asadoma.

Dia menyebutkan secara nasional sesuai DIPA tahun ada 1300 orang lulusan sekolah Inspektur Polisi yang akan didik selama tujuh bulan di Sukabumi. “Secara nasional angkanya cukup besar 1300 orang. Namun ini masih harus dibagi untuk 34 Polda yang ada di Indonesia. Karena itu Polda NTT tahun ini kebagian kuota 30 orang. Kami harapkan agar Mabes Polri bisa menambah kuota untuk NTT ,” katanya.

Kepada 30 orang anggota Polda NTT baik Polki dan Polwan yang lolos, Brigjen Johni Asadoma berpesan agar menyiapkan diri dengan baik untuk mengikuti pendidikan di Sukabumi selama tujuh bulan.

"Saya harapkan kalian menyiapkan diri untuk mengikuti pendidikan di Sukabumi. Saya tidak mau dengar ada anggota dari NTT yang gagal dan dipulang dari Sukabumi. Jika itu yang terjadi anggota yang bersangkutan akandiberi sangsi berat,” ujar Brigjen Johni Asadoma.

2006