
Magelang, gatra.net - Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Gondo Arum, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, mengembangkan inovasi obat tanaman cabai untuk menekan biaya produksi.
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Desa Gondowangi, Abdul Fajar mengatakan kendala terbesar petani saat ini adalah mahalnya harga obat-obatan tanaman. Terutama untuk tanaman hortikultura seperti cabai yang rentan terserang penyakit.
“Pupuk dan bibit saat ini sudah terpenuhi melalui Kartu Tani. Biaya produksi bisa ditekan jika petani menggunakan obat tanaman buatan sendiri,” kata Fajar, Senin (10/2).
Obat yang saat ini dikembangkan Gapoktan Gondo Arum, cocok untuk mengatasi penyakit antraknosa atau patek pada cabai. Antraknosa disebabkan serangan jamur Colletotrichum Calsici yang merusak jaringan tanaman mulai dari batang, daun, hingga, buah.
Jamur Colletotrichum berkembang pada kelembaban di atas 90 persen. Jenis penyakit ini dapat menyebabkan gagal panen 80-100 persen. “Jika turun hujan pada malam hari, ini harus diwaspadai karena biasanya muncul patek. Hujan malam biasanya meningkatkan kelembaban udara,” ujar Fajar.
Mencegah penyebaran patek dengan cara menyemprotkan larutan fungisida yang terbuat dari campuran 1 kilogram kapur padalarang, belerang, dan sabun colek. Campuran itu kemudian direbus dalam 20 liter air.
Setiap 1 gelas larutan dapat dicampur dengan 14 liter air penyemprot tanaman. Biaya pembuatan larutan fungisida ini relatif murah karena bahan-bahannya mudah didapat.
“Kami juga mengembangkan obat untuk mengatasi patek berbahan organik dari fermentasi campuran kunyit, jahe, laos, dan molase. Inisiatif membuat pestisida alami terus kami lakukan,” imbuhnya.
Gapoktan Gondo Arum menjalin kerjasama penelitian tanaman hortikultura dengan sejumlah lembaga penelitian seperti AVRDC (Thailand), Australian Center for International Agricultural Research (ACIAR), dan Balai Penelitian Tanaman Sayuran di Lembang, Jawa Barat.
Jumlah anggota Gapoktan Gondo Arum saat ini mencapai 700 kepala keluarga yang sekitar 230 diantaranya petani tanaman hortikultura. Produksi cabai petani anggota Gapoktan Gondo Arum rata-rata mencapai 3 kuintal per 1.000 meter lahan.
“Saat ini kami mensuplai beras di e-Warung yang menyalurkan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Kami juga ada kerjasama pemasaran dengan marketplace Rego Pantes dan PT Mitrsa Sejahtera Membangun Bangsa (MSMB) Jaya di Yogyakarta,” kata Abdul Fajar.
Total biaya produksi cabai tergantung pada lokasi lahan dan musim tanam. Jika tanam cabai dilakukan pada musim hujan, rata-rata biaya produksi mencapai Rp28 juta per hektare.
Jumlah produksi akan membengkak menjadi Rp37 juta per hektare, jika tanam cabai dilakukan di musim kemarau. Biaya terbesar digunakan untuk upah pekerja sebanyak Rp20,5 juta.