
Sleman, gatra.net - Presiden Joko Widodo disebut pengamat politik Rocky Gerung tak akan mampu menyelesaikan pemerintahannya hingga 2024. Pernyataan ini dianggap spekulatif, meski tak mengejutkan.
Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Purwo Santoso menjelaskan, secara ilmu politik, mempertahankan jabatan presiden hingga periode kedua memang sangat berat. Untuk itu, menurut Purwo, pernyataan Rocky, bahwa Jokowi tidak akan menyelesaikan pemerintahannya hingga 2024, tak mengejutkan.
"Saya tidak terkejut (dengan pernyataan Rocky). Hanya saya tidak mau buat sensasi itu. Saya tidak mengingkari bahwa untuk bertahan di periode kedua itu lebih berat. Secara keilmuan itu terbukti," kata Purwo kepada gatra.net, usai menjadi pembicara di diskusi buku 'Menjerat Gus Dur' di kampus Universitas Negeri Yogyakarta, Senin (20/1).
Purwo menyebut Jokowi telah melakukan terobosan menghadapi medan berat di periode keduanya ini. "Secara keilmuan, (langkah Jokowi) tidak bisa dijelaskan. Istilahnya, kubu yang berseberangan itu dimasukkan ke dalam kabinet. Itu kan terobosan untuk bisa bertahan," kata pengajar ilmu politik di Universitas Gadjah Mada ini.
Purwo pun menilai pernyataan Rocky sebagai sebuah spekulasi. "Kalau dia mengatakan itu, masih dalam koridor ilmiah. Masa jabatan kedua itu konfigurasinya sudah berubah dan biasanya itu lebih berat," ucapnya.
Purwo menjelaskan, kalkulasi di periode kedua presiden lebih rumit dibanding saat periode pertama. "Game-nya sudah lama. Polanya sudah terdeteksi. Kalau mau ngapa-ngapain itu kan lebih mudah diterka," ujarnya.
Menurut Purwo, setiap pihak bisa memperkuat atau melemahkan 'permainan' politik di masa pemerintahan Jokowi saat ini. "Ini sekali lagi bukan soal suka atau tidak suka dengan Jokowi, tetapi konsolidasi untuk bisa menyatukan barisan itu menjadi tantangan utama," kata dia.
Sebelumnya, komentator politik Rocky Gerung melalui kanal YouTubenya, 'Rocky Gerung Official' memprediksi pemerintahan Jokowi tidak sampai 2024. Menurut dia, saat ini publik seakan tidak punya harapan di periode kedua Jokowi. Sedangkan Jokowi dirasa tidak memiliki kemampuan untuk meyakinkan publik.