

Banjarnegara, gatra.net – Kripik salak organik Banjarnegara dan Wonosobo, Jawa Tengah kini sudah menembus pasar Jerman. Warga di negara Bavaria itu, kripik salak dan nangka menjadi salah satu makanan yang diburu.
Ketua Asosiasi Pengusaha Oleh-Oleh (ASPO) Jawa Tengah, Ratiman mengatakan hingga Desember 2019 ini, telah terkirim sebanyak tiga kontainer kripik salak. Lantaran baru perkenalan, pengiriman belum dilakukan rutin per jangka waktu tertentu.
Tiap kali pengiriman, pihaknya mengirim sekitar delapan ton kripik. “Ini kan masih terbatas. Jadi belum rutin tiap bulan. Karena kering, satu kontainer ya bobotnya paling hanya delapan ton,” katanya, Senin (23/12).
Kripik salak diproduksi oleh Usaha Kecil Menengah (UKM) di Banjarnegara dan Wonosobo. UMKM berperan mulai dari sistem pertanian hingga pascapanen. Pengolahan awal juga dilakukan UKM.
Dia menjelaskan, pengolahan akhir dilakukan oleh PT BAMS yang merupakan bagian dari ASPO. Melalui PT itu, ASPO bermitra dengan petani dan pelaku UMKM lain yang berada di kawasan Wonosobo dan Banjarnegara.
“Sudah diterapkan HACCP,” ujarnya. HCCP yang dimaksud adalah sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point, sebuah sertifikat yang enerapkan standar kesehatan yang ketat.
Menurut dia, standar keamanan pangan yang tinggi harus dilakukan karena mengikuti standar negara tujuan ekspor. Pengawasan dilakukan sejak perawatan tanaman, pemananenan, pascapanen, hingga pengolahan produk.
“Kripik salak itu modelnya drying, terus menggunakan vacuum,” jelas Ratiman, yang juga ketua Asosiasi UKM Jawa Tengah.
Menurut dia, tembusnya kripik nangka ke pasar luar negeri itu adalah harapan di tengah lesunya pasar dalam negeri, khususnya untuk produk UMKM. Ekspor perdana itu sekaligus menambah daftar produk Jawa Tengah yang berhasil menembus ekspor.
“Produk yang pertama ekspor adalah jenang kudus. Kalau sekarang sudah lumayan banyak. Ada batik juga,” ucapnya.