
Palembang, gatra.net – Harga karet di pasar dunia membaik, menjadi harapan dan peluang bagi petani di daerah penghasil, seperti Sumatera Selatan (Sumsel) bergairah mengelola kebunnya.
Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian mengatakan untuk pertama kalinya pada semester II tahun ini harga di karet melewati 200 yen/kg atau tepatnya 202,2 yen/kg. Kondisi ini mudah-mudahan berpengaruh cukup kuat pada harga karet dalam negeri.
“Harga acuan karet alam dunia mengacu juga pda Tokyo Komoditu (Tocom) yang mana, mengalami kenaikan yang dibukukan pada akhir perdagangan belum lama ini yang tertinggi (terbesar) pada semester II tahun ini,” ujarnya.
Kondisi ini dipicu oleh pengaruh pasar yang semakin terangkat dengan isu sentimen wabah penyakit tanaman karet di negara produsen seperti Thailand, Indonesia dan Malaysia. Penyakit tersebut diperkirakan akan memangkas produksi karet di negara-negara tersebut.
“Wabah jamur dikenal Pestalotiopsis, telah menyebar ke Thailand setelah menghantam perkebunan karet di Indonesia dan Malaysia. Penyakit ini sangat mempengaruhi pasar karet dunia, mengingat produksi komoditas di tiga negara menyumbang sekitar 70% produksi karet alam global,” terangnya.
Sehingga, akan berpengaruh terhadap stok karet internasional yang semakin menipis. Produsen pengguna karet mulai berancang-ancang menaikkan harga produknya, sehingga diharapkan mampu mendongkrak harga karet dengan naikknya permintaan guna pemenuhan kebutuhan dan cadangan akhir tahun.
“Harapannya, saat harga karet membaik bisa menjadi pemicu bagi petani agar kembali mengoptimalkan kebun dan tidak beralih ke komoditi lainnya,” sambung dia.
Peluang kenaikan harga karet akan tetap sampai akhir tahun karena mengingat Tiongkok, Malaysia dan Amerika Serikat ialah tujuan ekspor Sumsel sampai akhir tahun ini.
“Sebelumnya, kita cukup prihatin saat kondisi pasar yang tidak memberi reaksi sesuai kondisi di lapangan, yang tercermin dari harga karet yang belum sesuai dengan harapan, bahkan ketika harga internasional merangkak naik, tidak terlalu banyak pengaruh pada pendapatan petani Sumsel. Harga di level petani cendrung bertahan ketika harga mulai naik, namun cepat turun ketika mengalami koreksi harga global,” pungkasnya.