Home Laporan Khusus Milenial Melirik Sektor Kriya

Milenial Melirik Sektor Kriya

Seperlima buruh di sektor ekonomi kreatif berusia 20–24 tahun. Jumlah pengusaha di subsektor kriya dengan pendapatan lebih dari Rp50 miliar per tahun ada 1.247. Milenial Tanah Air berjaya di kriya.

------------------

Afidha Fajar Adhitya, 29 tahun, mengiakan jenama atau merek jam kayu di Indonesia sudah banyak bermunculan. Bahkan, dalam Inacraft yang berlangsung pada 24–28 April 2019 di Jakarta Convention Center (JCC), ada lebih dari lima stan dari berbagai daerah menjajakan jam kayu. Itu termasuk Eboni, jenama milik Fidha.

Eboni termasuk IKM yang terpilih menjalankan Creative Business Incubator oleh Kementerian Perindustrian sejak Oktober 2018. Selama masa inkubasi bisnis, Eboni dibantu meningkatkan skala usahanya. Tak hanya itu, Kemenperin memberikan bantuan modal mesin usaha dan pameran seperti di Inacraft.

“Tiap bulan kita mesti laporan perkembangan bisnis. Scale-up usaha dan produksinya berapa persen. Eboni sendiri target scale-up 1000%,” ujar Fidha kepada GATRA. Eboni yang berdiri 10 Oktober 2014 dengan kapasitas produksi hanya 10–15 jam kayu per bulan, kini mampu menambah produksi hingga 400 jam kayu per bulan dan mempekerjakan 15 orang.

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) juga membawa sejumlah pemilik jenama ekonomi kreatif (ekraf) dalam gelaran Inacraft. Tercatat ada 44 jenama dari 43 pelaku kreatif yang terpilih. Dua jenama di antaranya adalah KAR dan Moana Venusa. KAR berfokus pada perhiasan dari keramik yang didirikan Tania Kardin dan Kanya Diendra Ismi, sedangkan Moana Venusa menawarkan handmade bookbinding yang sampulnya dilukis manual oleh Nani Nurhayati menggunakan media kanvas dan cat akrilik.

Tak pelak lagi, kriya alias kerajinan tangan menjadi salah satu subsektor yang moncer pertumbuhannya. Data terakhir yang dirilis Bekraf, tiga ekspor ekraf teratas pada 2016 adalah fesyen (54,54%), kriya (39,01%), dan kuliner (6,3%). Dari total PDB ekraf di tahun yang sama, nilainya mencapai Rp922,59 triliun. Kriya menempati posisi ketiga dengan porsi 15,4%.

UKM binaan Bekraf bukan sembarangan. “Kami membina UKM ekraf,” kata Sekretaris Utama Bekraf Restog K. Kusuma. Fasilitas yang disediakan Bekraf untuk pegiat ekraf mulai dari Hak Kekayaan Intelektual (HKI), akses permodalan, hingga pemasaran.

Maka, Bekraf juga punya strategi khusus untuk membina UKM ekraf ini, antara lain berkampanye lewat internet dan media sosial. Medium ini dipandang sebagai wadah informasi paling efektif yang lebih cepat diserap para milenial. Data www.hootsuite.com menyebutkan, ada sebanyak 130 juta orang pengguna aktif sosial media (49% dari total populasi) pada 2018. Selain itu, seperlima buruh di sektor ekraf berumur 20–24 tahun. Jumlah pengusaha di subsektor kriya dengan pendapatan lebih dari Rp50 miliar per tahun ada 1.247.

“Media sosial bahkan menjadi sarana Bekraf untuk terhubung dengan para pelaku ekraf dan masyarakat yang notabene kebanyakan anak muda,” ungkap Restog. Tak heran, lanjutnya, banyak masalah yang diselesaikan Bekraf melalui media sosial. Itu lebih efektif dan efisien.

Soal pentingnya media sosial juga diakui Fidha. Selama empat tahun Eboni berdiri, produknya dipasarkan melalui Instagram. Eboni mampu ekspor ke Kanada, Inggris, Amerika, Australia, Afrika Selatan, Turki, India, Jepang, Korea, Hong Kong, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand.

 

Fitri Kumalasari