
Jakarta, gatra.net - Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Sandiaga Uno mempertanyakan, mengapa banyak harga kebutuhan pokok masyarakat yangasih mahal, padahal pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil dibandingkan dengan negara-negara lainnya di dunia, di tengah perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina yang masih bergolak.
"Memang kita tumbuh 5 persen dengan tingkat inflasi yang cenderung rendah. Tapi mengapa harga-harga pangan masih mahal?" ujar dia dalam acara Indonesia Economic Forum di Jakarta, Rabu (20/11).
Selain itu, tarif listrik dan tarif iuran BPJS pun juga menurutnya semakin mahal. Terlebih, saat ada aturan tentang naiknya besaran iuran kedua hal tersebut. Begitupun dengan jumlah lapangan kerja bagi masyarakat milenial, yang menurutnya masih sangat kurang.
"Begitu juga dengan tarif listrik dan juga layanan kesehatan dengan tarif BPJS yang bakal naik dua kali lipat tahun depab," imbuh Sandiaga.
Oleh karenanya, untuk memperbaiki hal-hal tersebut, Sandiaga meminta kepada pemerintah untuk lebih meningkatkan investasi dalam negeri. Sebab, dengan semakin bertambahnya angka investasi di Tanah Air, akan semakin tinggi pula kebutuhan lapangan kerja dalam negeri.
"Kita butuh investasi dan itu bakal menciptakan lapangan kerja. Sekarang saatnya sektor swasta mengambil kesempatan. Saya tak suka jika terus mengatakan Indonesia memiliki potensi besarm namun tiga tahun kemudian tetap mengatakan hal yang sama," jelas Sandiaga.
Sementara itu, pada Januari 2020 nanti, pemerintah akan mencabut subsidi kepada pelanggan rumah tangga mampu (RTM) yang memiliki kapasitas listrik sebesar 900 volt ampere (VA). Selain itu, di waktu yang sama, pemerintah juga akan menaikkan iuran BPJS Kesehatan.
Dengan dilakukannya hal-hal tersebut, menurut mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu, akan memberikan beban lebih kepada masyarakat, khususnya pada masyarakat kelas bawah.