Home Gaya Hidup Hentak Gazhal di Kota Daik

Hentak Gazhal di Kota Daik

Lingga, gatra.net - Hentak gendang, ketipak, berpadu dengan gambus, gitar dan organ memendarkan irama melayu yang khas di lapangan Hang Tuah, Daik, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) itu, Sabtu (16/11) malam. 

Sudah sangat lama irama semacam itu tidak terdengar di sana. Padahal, musik gazhal itu adalah khas budaya melayu di sana. Semacam orkestra lah itu. 

Lantaran sudah lama tak terdengar, lapangan itupun  dibanjiri mereka yang rindu akan musik itu. Jadilah malam minggu itu, malam seni musik ghazal.

Dua sanggar unjuk kebolehan di sana. Ada Sri Mahkota Lingga yang menampilkan "Dendam Sri Mahkota" dan Sanggar Rampai Senandung dari Pulau Mepar yang menampilkan teater "Keris Tegak Membela Kebenaran".  

Adalah Pemerintah Kabupaten Lingga yang dimotori oleh Direktur Kesenian Kemendikbud RI yang menggelar pertunjukkan Teater Bangsawan Melayu dan Seni Musik Gazhal di Lapangan Hang Tuah itu. 

Helat ini menjadi bagian dari misi mereka menjaga eksistensi dan kelestarian budaya melayu yang hampir punah tadi. 

"Biar tidak punah, kita harus merevitalisasi dan mengemasnya dengan metode kekinian, biar bisa dinikmati semua kalangan. Kekinian ini menjadi daya tarik supaya nuansanya semakin hidup," kata Direktur Kesenian Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Dr. Restu Gunawan, M.Hum, kepada gatra.net.

Kekinian kata Restu bukan berarti meninggalkan akar budaya, tapi itu justru mempertahankan keaslian kesenian itu. "Biar semangkin dicintai oleh masyarakat melayu itu sendiri," katanya.

Dan pagelaran seni teater melayu tadi kata Restu adalah rangkaian acara puncak setelah sebelumnya dilakukan proses revitalisasi melalui riset, seminar, workshop dan latihan selama beberapa bulan yang melibatkan budayawan, pelaku seni serta pemuda/i dalam rangka mewariskan kekayaan seni tradisi kepada generasi muda.

"Ke depannya pemerintah akan fokus memasukan kesenian yang hampir punah di suatu daerah di tanah air ke dalam kurikulum ekstra kurikuler di sekolah," ujarnya. 

Lalu di luar sekolah, upaya yang musti dilakukan untuk melestarikan kesenian dan budaya yang ada adalah dengan cara melakukan kajian, rekonstruksi, transformasi pengetahuan dan keterampilan, kemudian mempraktekan (mementaskan), mempublikasikan dan mendokumentasikan dalam bentuk audio visual.

"Kegiatan revitalisasi semacam itu sudah pernah dilakukan di sejumlah provinsi di Indonesia. Misalnya di Sumatera Barat, Ambon, Halmahera Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara dan Papua,” terangnya. 

Sekertaris Daerah (Sekda) Kabupaten Lingga Zulramadi Esram mengaku senang dengan pagelaran seni budaya itu. Sebab selain dikerjakan bareng (Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud RI, BPNB Tanjung Pinang dan Pemkab Kabupaten Lingga), helat ini juga bertujuan untuk mencegah budaya tadi dari kepunahan. 

345