Home Gaya Hidup Berpulang, Djaduk Tengah Siapkan Teater & Pentas di Afsel

Berpulang, Djaduk Tengah Siapkan Teater & Pentas di Afsel

Bantul, gatra.net - Seniman RM. Gregorius Djaduk Ferianto meninggal dunia, Rabu (13/11) dini hari. Kakak mendiang, seniman Butet Kertaradjasa, menceritakan tiga proyek besar yang sedang dikerjakan Djaduk, termasuk agenda di Afrika Selatan, Maret tahun depan.

Butet memaparkan rencana Djaduk saat ditemui di rumah duka di Dusun Kembaran, Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Bantul, sesaat sebelum jenazah disemayamkan di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, Rabu (13/11) siang.

"Saya tadi malam baru dari Surabaya dan tiba pukul 00.30 WIB. Sekitar pukul 02.30 WIB saya dikabari Djaduk terkena serangan jantung dan meninggal di pangkuan istrinya," terang Butet.

Menurut Butet, kepastian Djaduk meninggal disampaikan oleh dokter dari RS Jogja Internasional Hospital yang dipanggil ke rumah.

Butet menyatakan belum tahu penyebab serangan jantung itu. Namun menurutnya hal itu  karena Djaduk amat sibuk dalam beberapa bulan terakhir ini.

Selain menyiapkan konser Ngayogjazz yang dihelat Sabtu (16/11), Butet mengatakan, Djaduk juga punya dua proyek besar lain.

"Di Surabaya, bersama Teater Gadrik kami akan mementaskan drama berjudul 'Para Pensiunan 2049' yang rencananya digelar pada 6-7 Desember," ujar Butet.

Pada Kamis (14/11) malam, latihan perdana pentas itu dijadwalkan dengan Djaduk sebagai sutradaranya. Butet bilang belum tahu kelanjutan pentas ini sepeninggal Djaduk.

Butet memperkirakan persiapan pertunjukan Teater Gandrik tak akan maksimal tanpa Djaduk. Menurutnya, butuh perjuangan besar menata hati untuk tampil di pentas jenaka di tengah kesedihan. "Butuh perjuangan besar mengatasi kesedihan seperti yang saya rasakan," ucapnya.

Proyek lain Djaduk adalah pementasa kelompok musik Kuaetnika di Cape Town, Afrika Selatan, pada Maret 2020. Dalam gelaran bertajuk 'Capetown Jazz', Kuaetnika akan berkolaborasi dengan musisi di dua kota, Cape Town dan Johannesburg.

Butet bercerita, saat berada di puncak Gunung Meja (Table Mountain), Afrika Selatan, Djaduk mengatakan telah menciptakan komposisi musik yang akan ditampilkan di Cape Town.

"Di puncak tertinggi itu, Djaduk menunjukkan komposisi yang berhasil ditemukan dengan bersiul-siul dan merekamnya. Tadi, atas seizin istrinya, saya menemukan rekaman komposisi itu," katanya.

Dari potongan komposisi itu, Djaduk berharap anggota Kuaetnika bisa mewujudkan dan meneruskan hingga menjadi lagu utuh.

"Terkait dengan Ngayogjazz, mewakili keluarga, saya berharap event ini diteruskan. Saya berharap ini menjadi persembahan terakhir bagi Djaduk," ucap Butet sambil menahan tangis.

Selain sebagai bentuk penghormatan, Ngayogjazz 2019 akan tetap dihelat karena akan dibuka oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD. Butet menyatakan Djaduk telah meminta semua pendiri Ngayogjazz tampil bersama Mahfud di panggung.

Sebagai kakak, Butet menilai Djaduk adalah sosok pekerja keras dan disiplin, persis sifat bapak mereka, maestro tari Bagong Kussudiardja

Butet melihat dalam menyiapkan sebuah pentas, Djaduk ingin segala sesuatunya sempurna. "Mungkin karena harus perfeksionis inilah, dibutuhkan energi dan konsentrasi yang besar. Saya bisa memahami bahwa itu menyedot energi Djaduk lebih dari dosisnya. Itulah Djaduk," katanya.

Hingga tengah hari ini, pelayat terus mendatangi Padepokan Seni Bagong Kussudiarja untuk memberi penghormatan terakhir pada Djaduk. Jenazah Djaduk akan dimakamkan di pemakaman keluarga di Dusun Sembungan, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, pukul 14.00 WIB.

190