
Jakarta, gatra.net - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bakal membangun bandar antariksa kecil di Pulau Biak, Papua. Rencana itu dilaksanakan melalui rapat koordinasi nasional (rakornas) yang digelar di kawasan Gading Serpong, Tangerang Selatan, Rabu (6/11).
Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin mengatakan, rencana itu sebenarnya sudah dicanangkan sejak 1980-an setelah melihat bahwa Indonesia memiliki keunggulan posisi geografis.
"Itu sebabnya sejak tahun 1980-an LAPAN sudah mempersiapkan lahan 100 hektar. Mungkin pada zaman itu dianggap 100 hektar sudah cukup besar, tetapi dengan perkembangan saat ini, 100 hektar itu kurang untuk bandar antariksa," kata Thomas saat konferensi pers di kawasan Gading Serpong, Tangerang Selatan, Rabu (6/11).
Pada tahun 1990-an, lanjut Thomas, sudah ada beberapa kajian pembangunan bandar antariksa, tetapi belum bisa direalisasikan karena berbagai faktor, terutama masalah anggaran. Pemerintah pun beritikad untuk lebih serius dengan mengesahkan Undang-undang nomor 21/2013 tentang keantariksaan guna mewujudkan kemandirian di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Itu jadi amanat dan kemudian dicantumkan dalam rencana keantariksaan dalam Perpres nomor 45/2017," ujar profesor ini.
Thomas dan jajarannya pun mencanangkan pembangunan bandar antariksa pada 2020, mulai perencanaan, koordinasi, kajian ilmiah hingga menerbitkan masterplan bandar. Adapun alasan pemilihan lokasinya di Biak, karena daerah itu sangat dekat dengan ekuator atau garis khatulistiwa.
Thomas meyakini proyek tersebut bakal rampung pada 2024 mendatang, jika anggarannya memang memadai. Setidaknya pada tahun itu bandar kecil itu bisa melakukan uji terbang roket bertingkat. Rencananya, dari pembangunan bandar kecil itu akan dibangun bandar antariksa skala besar atau internasional.
Lebih lanjut, Thomas mengatakan bahwa LAPAN tak mampu bekerja sendiri dalam mewujudkan proyek itu. Adapun pihak yang dilibatkan, antara lain Pemprov Papua, Pemkab Biak Numfor dan Universitas Cendrawasih.
"Karena kami telah menggandeng akademisi Cendrawasih untuk mendukung aspek kajian persiapan termasuk AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)," tandasnya.