
Pilkada serentak 2020 akan berlangsung di sembilan provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. Menariknya, sejumlah nama anak petinggi negeri sudah menjalin komunikasi dengan PDI Perjuangan untuk maju ke pilkada 2020 tahun depan.
Di pilkada Solo ada nama Gibran Rakabuming Raka, putra pertama Presiden Joko Widodo. Menyusul nama anak Wakil Presiden terpilih Ma'ruf Amin, Siti Nur Azizah, di pemilihan Wali Kota Tangerang Selatan.
Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana persiapan PDI Perjuangan menghadapi pilkada serentak 2020, wartawan GATRA Mukhlison S. Widodo, Bambang Sulistiyo, Bernadetta Febriana, dan Hidayat Adhiningrat P. mewawancarai Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto di kantor Dewan Pimpinan Pusat PDIP, Jakarta, Selasa, 29 November lalu. Berikut petikannya:
Bagaimana tahapan persiapan PDIP menghadapi pilkada serentak 2020?
Pilkada, bagi PDIP ditempatkan sebagai mekanisme penguatan kelembagaan partai di dalam menyiapkan pemimpin. Maka dari itu kami lebih memilih melakukan semua tahapan dengan proper, yang diawali dengan pendaftaran melalui tiga pintu, yaitu pintu DPC (dewan pimpinan cabang), DPD (dewan pimpinan daerah), dan pintu DPP (dewan pimpinan pusat). Setelah itu kami melakukan pemetaan politik.
Proses ini sudah dimulai?
Sekarang sudah berjalan semua. Pendaftaran sudah, lalu pemetaan ini per provinsi. Setelah pemetaan ini, kami punya gambaran di setiap wilayah. Daerah yang memenangkan pemilu legislatif dan presiden tentu saja menjadi perhatian bagi kami untuk memberikan ruang bagi kader partai. Dari situ kami dorong yang dari internal. Setelah penyaringan tahap pertama kami adakan psikotes. Penyaringan ini penting karena antusiasme orang untuk masuk PDI Perjuangan ini sangat besar. Ada satu kabupaten yang mendaftar sampai 20 orang.
Pengajuan kader itu dimulai dari DPC?
Iya, dari DPC.
Sejauh mana hak DPC dalam pengajuan ini?
DPC hanya mengusulkan saja. Lalu mereka memetakan setiap nama-nama yang mendaftar bagaimana peluangnya. Tapi keputusan akhir bukan di DPC tapi di DPP. Tugas DPC hanya pintu penjaringan dan kemudian melakukan pemetaan politik.
Pengajuan dari DPC bisa diabaikan oleh DPP?
Pada prinsipnya, yang lebih mengetahui pemetaan itu di DPC. Maka kita menaruh perhatian pada pemetaan mereka. Karena pola di daerah itu berbeda-beda.
Dalam konteks Gibran yang ingin maju di Solo, tahapan dan aturan seperti ini akan dilakukan?
Meskipun Mas Gibran putra Pak Jokowi, ya tentu kita akan perlakukan sama. Meskipun Mas Gibran bertemu dengan ketua umum, bukan berarti dia tidak perlu mengikuti tahapan. Tetap harus ikut. Dia kan nanti akan mendaftar lewat pintu DPP dan pintu DPD. Tapi di luar itu DPP juga kan punya mekanisme pemetaan politik. Jadi DPP juga bukan bersifat pasif menunggu orang mengetuk pintu.
Di Solo sepertinya akan ada dinamika menarik, karena DPC punya calon lain yang disiapkan?
Namanya dinamika akan selalu terjadi. Apa pun, partai ini kan juga harus melihat agar jangan sampai kepentingan subjektif mengalahkan keputusan objektif. Tapi saat DPP mengambil keputusan, dalam hal ini Ibu Megawati mengambil keputusan, seluruh dinamika ini kemudian ya akan selesai. Karena ibu juga melihat berbagai variabel seperti elektoral dan soliditas partai.
Jika nanti ada dua atau lebih calon yang berbeda antara yang dibawa DPC dan DPP, mana yang akan diprioritaskan?
Mungkin saja kita mix. Kan ada dari DPC, DPD, DPP. Tiga pintunya kan itu. DPP itu bisa calonnya mendaftar atau hasil pemetaan politik. Pak Jokowi itu juga kan dulu hasil dari pemetaan politik ketika menjadi calon gubernur.
Ketika bertemu Gibran, bagaimana sinyal yang diberikan Megawati?
Ibu itu sosok yang membangun organisasi. Ibu bilang, “Mas Gibran, ikuti tahapan-tahapan, ya.” Karena Mas Gibran bilang dia sudah punya KTA PDI Perjuangan, ibu juga cerita sebagai anggota partai itu harusnya seperti apa.