Home Laporan Khusus Gelanggang Politik Keluarga Jokowi

Gelanggang Politik Keluarga Jokowi

Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution mulai melangkah untuk maju di pilkada Solo dan Medan. Jokowi memberikan restu, tapi tidak memaksakan.


Topik mengenai pentingnya membangun organisasi partai dibandingkan dengan membangun popularitas diri menjadi salah satu bahan perbincangan antara putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, dengan Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (Sekjen PDIP) Hasto Kristiyanto di kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP pada Rabu, 23 Oktober lalu. Obrolan itu berlatar belakang keinginan Gibran untuk maju sebagai calon Wali Kota Surakarta alias Solo di pilkada serentak tahun 2020.

“Sebelum ketemu Ibu [Megawati Soekarnoputri], Mas Gibran mau tahu lebih detail bagaimana PDI Perjuangan ke depan,” Hasto menjelaskan kepada GATRA di kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, pada Selasa, 29 Oktober lalu.

Sebelumnya, dalam sepekan di bulan September lalu, setidaknya sudah dua kali Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Surakarta yang juga Wali Kota Surakarta saat ini, F.X. Hadi Rudyatmo, menyatakan bahwa peluang Gibran untuk maju di pilkada Solo melalui DPC sudah tertutup. DPC “partai banteng” Solo telah mengajukan duet Wakil Wali Kota Surakarta Achmad Purnomo dan Ketua DPRD Solo 2014–2019 Teguh Prakosa ke DPD dan DPP partai untuk berlaha di pemilihan wali kota Solo tahun depan. “Sudah bulat,” kata Rudy.

Pada hari terakhir pendaftaran calon wali kota PDIP Solo, 23 September lalu, Gibran mendatangi kantor DPC PDI Perjuangan. Ia mengajukan permohonan kartu tanda anggota (KTA) partai. Permohonan KTA diterima. Namun, ketika Gibran meminta formulir pendaftaran bakal calon wali kota, DPC PDI Perjuangan Solo menampiknya.

Ketua Pengurus Anak Cabang (PAC) PDIP Banjarsari, Joko Santoso, mengaku tidak berwenang memberikan formulir tersebut. Kewenangan berada di tim seleksi dan rekrutmen bakal calon wali kota dan wakil wali kota.

Tak patah arang, satu bulan kemudian Gibran menemui Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, di rumahnya, Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. Ditemani Hasto, Gibran mengatakan kepada Mega kalau dirinya sudah memiliki KTA PDI Perjuangan. Ia juga mengatakan tidak akan maju melalui jalur independen dalam pencalonannya menjadi Wali Kota Solo.

“Saya sudah punya KTA PDIP. Saya akan berjuang melalui PDIP,” tutur Gibran usai pertemuan dengan Megawati, seperti dilaporkan Drean Muhyil Ihsan dari GATRA.

Dalam pertemuan itu, kata Hasto, Megawati meminta Gibran untuk membaca buku bacaan wajib bagi kader PDI Perjuangan. Di antaranya adalah Indonesia Menggugat; Mencapai Indonesia Merdeka; Lahirnya Pancasila; dan Membangun Tata Dunia yang Baru. “Ibu juga menceritakan bahwa membangun partai itu sebuah proses dengan keyakinan. Bukan langsung jadi,” tutur Hasto.

Meskipun DPC Solo sudah menutup pendaftaran dan mengajukan pasangan Achmad Purnomo-Teguh Prakosa, DPP PDI Perjuangan belum memutuskan nama calon yang akan diusung di daerah yang menjadi basis konstituennya itu. Keputusan, ucap Hasto, ada di tangan DPP.

Hasto melanjutkan, Gibran dimungkinkan untuk mendaftar lewat pintu DPP dan DPD partai. Kelak. jika ada sejumlah nama calon yang muncul, maka DPP yang akan memutuskan siapa yang akan diusung partai. “DPP juga kan punya mekanisme pemetaan politik,” ia menambahkan.

Rudy sendiri mengaku tak mempersoalkan langkah Gibran untuk menemui Megawati. Ia juga tidak mempermasalahkan upaya Gibran mendaftar sebagai calon wali kota DPD dan DPP. “Tapi saya perlu memberikan pemahaman pada teman-teman, saya melaksanakan tugas partai sesuai dengan Peraturan Partai Nomor 24 Tahun 2017. Aturan di situ sudah jelas,” ujarnya.

Rudy menyatakan, usai menyerahkan usulan calon wali kota ke DPP PDIP, dia juga bertemu dengan Megawati beberapa kali. Namun saat itu, menurut Rudy, mereka tidak membahas pilkada Kota Solo. Pernah saya melapor ke beliau. “Katanya, [Gibran] suruh belajar dulu jadi anggota partai, anggota DPRD dulu. Yang pernah disampaikan ke saya seperti itu,” ucapnya.

***

Selain Gibran, lingkaran keluarga inti Jokowi yang mulai masuk ke dunia politik adalah menantunya, Bobby Nasution. Awal September lalu, suami Kahiyang Ayu itu mengaku sudah mendapat restu dari Jokowi untuk bertarung di pilkada Medan 2020 mendatang. Hal ini disampaikan langsung oleh Bobby usai melakukan pertemuan tertutup bersama pengurus Dewan Perwakilan Wilayah Partai NasDem Sumatera Utara, di Medan.

Bobby mengatakan bahwa Jokowi tidak pernah memaksakan anaknya ataupun dirinya sebagai menantu untuk berbisnis atau terjun ke dunia politik. Menurutnya, jadi atau tidaknya dirinya maju pada kontestasi pilkada Medan adalah murni keputusan pribadinya.

“Setuju enggak setuju itu tergantung saya. Bapak (Jokowi –Red.) tidak pernah mengatakan mau politik, mau bisnis. Tergantung anaknya mau menentukan apa, yang penting yakin sungguh-sungguh dan kerjanya betul-betul,” kata Bobby.

Setelah bertemu dengan pengurus DPW Partai NasDem, beberapa hari kemudian Bobby mengambil formulir pendaftaran bakal calon wali kota di penjaringan yang dibuka oleh DPC PDI Perjuangan Medan. Bobby tidak hadir langsung, ia diwakili oleh pamannya, Erwan Nasution.

Tidak hanya dua partai itu, Bobby mengaku telah dan akan berkomunikasi dengan parpol lainnya tentang rencana pencalonan itu. “Dengan Gerindra Medan sudah komunikasi. Partai lain belum ada yang buka penjaringan,” ucapnya.

Langkah Gibran dan Bobby maju dalam pilkada tersebut menimbulkan tanggapan beberapa pihak akan kemungkinan munculnya politik dinasti keluarga Jokowi. Pengamat politik Hendri Satrio berpendapat, mereka harus bisa membuktikan bahwa dirinya bukan bagian dari dinasti politik Presiden Joko Widodo.Caranya adalah dengan membuktikan bahwa mereka memang layak dan mampu menjadi pemimpin politik.

Hendri memprediksi Gibran memiliki karier politik yang cemerlang di masa depan. Namun, menurutnya, prediksi tersebut bisa terealisasi jika Gibran berhasil melewati proses politik yang ada. “Tapi mungkin yang ditunggu masyarakat saat ini adalah tahapan-tahapannya, bukan ujug-ujug. Tiba-tiba menjadi wali kota karena, mungkin, dia anak Presiden Jokowi,” tuturnya.


Hidayat Adhiningrat P., Arif Koes Hernawan (Yogya), Novita Rahmawati (Solo), dan Putra T.J. (Medan)