Home Milenial Jadi Mendikbud, Ini Cita-cita yang Pernah Diungkapkan Nadiem

Jadi Mendikbud, Ini Cita-cita yang Pernah Diungkapkan Nadiem

Jakarta, gatra.net - Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin telah mengumumkan jajaran menteri kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Rabu (23/10). Dari 40 nama yang diperkenalkan, satu nama menjadi sosok yang mencuri perhatian. Sosok tersebut adalah Nadiem Makariem. Sosok menteri termuda yang baru berusia 35 tahun ini akan menempati pos Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada periode 2019-2024.

Nadiem sendiri merupakan pria di balik kesuksesan startup Indonesia yang telah mendunia yaitu Go-Jek. Disampaikan Presiden Joko Widodo saat mengenalkan kabinetnya, Nadiem diharapkan bisa membenahi pendidikan dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang siap kerja, serta menyelaraskan kurikulum khususnya SMK dengan industri.

"Kita akan membuat terobosan signifikan dalam pengembangan SDM siap kerja, siap usaha, dan men-link and match dengan industri," ujar Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10).

Tampak seperti ramalan menjadi kenyataan, sebelumnya Nadiem Makarim pernah mengatakan jika dirinya menjadi Mendikbud, maka dia akan membenahi banyak hal. Salah satunya budaya berpikir kritis yang harus ditanamkan di setiap pemikiran pelajar atau anak muda yang ada di Indonesia. Ketika ditanyai andaikan dirinya menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem mengatakan akan membenahi kurikulum sekolah yang hanya berfokus pada sistem menghapal pelajaran.

"Mungkin kurikulum yang pertama saya ubah adalah dari sisi assessment atau tesnya. Karena yang saya lihat saat ini banyak yang bersifat hapalan saja. Lalu hasil hapalan tersebut dites. Padahal yang penting itu bukan hapalan konten ilmunya saja, namun kecakapan anak tersebut berpikir kritis dengan melihat suatu permasalahan dari dua sisi berbeda," ungkap Nadiem saat ditemui di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Kamis (4/7) silam.

Menurutnya, konsep critical thinking harus ditanamkan di lingkungan pendidikan dan kebudayaan saat ini. Diharapkan dengan terasahnya kemampuan kritisi generasi muda, mereka bisa solutif dalam melihat permasalahan yang ada di masyarakat. Karena, mereka akan lebih skeptis dan tidak mudah menelan informasi secara utuh. 

Selain itu, dia juga mengungkapkan pentingnya pendidikan karakter untuk muncul di kurikulum pendidikan formal. Meskipun nantinya metode pengetesan dinilai rumit, namun akan lebih baik bila pola pendidikan di sekolah tidak hanya berbasis pada nilai pelajaran saja.

2587