Home Milenial Wapres: Setiap Tahun 850 Ribu Sarjana Butuh Pekerjaan

Wapres: Setiap Tahun 850 Ribu Sarjana Butuh Pekerjaan

Sleman, gatra.net - Wakil Presiden  Jusuf Kalla menyatakan setiap tahun ada 4.300 perguruan tinggi melahirkan sekitar 900 ribu sarjana baru. Sayangnya negara hanya mampu menyerap 50 ribu sarjana dan sisanya atau sekitar 850 ribu sarjana membutuhkan lapangan pekerjaan.

“Bagi saya ini menunjukkan dunia pendidikan tinggi dan universitas kita belum menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan inovasi,” kata Wapres JK di Universitas Aisyiyah (Unisa) Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (10/10).

Hadir di Unisa, Wapres JK menjadi pembicara kunci bagi 2.045 mahasiswa baru dengan tema ‘Mendidik Generasi Unggul Cendikia Untuk Kemajuan Bangsa’.

Dalam pemaparan selama 40 menit, Wapres JK melihat perguruan tinggi dan universitas belum berhasil memberi mahasiswa keterampilan. Padahal keterampilan ini adalah kunci menghadirkan kemajuan dan memberi nilai tambah mereka sebagai sumber daya manusia.

Padahal Indonesia mengalahkan Cina dari jumlah perguruan tinggi. Saat ini Cina memiliki 2.300 perguruan tinggi kendati jumlah penduduknya lima kali lipat Indonesia. Toh Cina mampu meraih kemajuan sangat signifikan hingga menjadi salah satu penguasa ekonomi dunia.

“Sedangkan kita dengan jumlah perguruan tinggi yang dua kali lipatnya dan kekayaan sumber daya alam yang melimpah masih berada di posisi tengah sebagai negara maju,” ujar JK.

Ia menganggap banyaknya perguruan tinggi dan lulusannya tidak berbanding lurus dengan kemajuan sebuah negara. Kondisi itu menjadi bukti bahwa negara dengan banyak perguruan tinggi tidak memiliki inovasi pembangunan dan ekonomi dibanding negara yang perguruan tingginya sedikit.

“Saya berdiri di Unisa untuk sekali lagi mengatakan dunia pendidikan yang maju adalah bila bisa menghasilkan nilai tambah baik SDM maupun SDA-nya. Nilai tambah ini dihasilkan dari kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi dihasilkan dari riset,” katanya.

Ia juga mengingatkan, dengan  bertambahnya sarjana tiap tahun dan hanya terserap 5,5 persen sebagai pegawai negeri, maka ribuan sarjana baru akan lebih banyak terserap di industri dan jasa, terutama di perkotaan.

JK mengingatkan, sarjana harus memiliki kecerdasan dan kemampuan untuk menghasilkan atau meningkatkan nilai tambah sesuatu. Jika memang tidak menambah nilai tambah barang, JK meminta perguruan tinggi mencontoh Jepang atau Korea Selatan yang mampu meningkatkan nilai tambah SDM-nya.

“Sekarang yang dibutuhkan adalah kesadaran. Tanpa kesadaran memajukan diri sendiri, kemudian memajukan negeri ini, maka Indonesia akan tetap berada di kelas menengah negara maju,” ujarnya.

71