Home Milenial 50% Milenial Pilih Minggat dari Perusahaan Perusak Mental

50% Milenial Pilih Minggat dari Perusahaan Perusak Mental

Jakarta, gatra.net -- Survei terbaru Mind Share Partners, SAP, dan Qualtrics menemukan, generasi milenial lebih memilih berhenti dari pekerjaan mereka karena alasan kesehatan mental. Setengah dari generasi milenial (usia 23 hingga 38), dan 75% Generasi Z (Gen Z) (usia 18 hingga 22) mengatakan mereka hengkang dari perusahaan karena gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Ini sangat kontras dengan hanya 10% baby boomer (usia (usia 55 hingga 73) mengatakan hal yang sama.

Para penulis laporan mengatakan ini adalah tanda 'perubahan generasi dalam kesadaran' ketika kesehatan mental sedang dirusak, dan perlu diprioritaskan. Mereka menambahkan pengusaha perlu menyediakan suasana kerja yang lebih nyaman yang mendukung kesehatan mental. Generasi milenial tiga kali lebih mungkin mengalami kecemasan, dan Gen Z empat kali lebih mungkin, daripada baby boomer.

Survei meneliti 1.500 orang yang berusia setidaknya 16 tahun, dan bekerja di sebuah perusahaan dengan setidaknya 11 karyawan.Pertanyaan termasuk seberapa sering responden mengalami gejala yang mungkin mengindikasikan kesehatan mental mereka terpukul, seperti berkeringat dan detak jantung yang cepat. Survei juga bertanya bagaimana kecemasan orang-orang ini mempengaruhi pekerjaan mereka dan apakah mereka merasa memiliki dukungan kesehatan mental yang baik di tempat kerja mereka.

Hasilnya, yang dipublikasikan di Harvard Business Review, menunjukkan 60 persen mengatakan mereka pernah mengalami gejala gangguan kesehatan mental dalam satu tahun terakhir. Namun, hanya 20 persen dari keseluruhan responden mengatakan mereka meninggalkan pekerjaan karena hal itu.

Generasi Milenial tiga kali lebih mungkin mengalami kecemasan dan Gen Z empat kali lebih mungkin, dibandingkan dengan baby boomer. Generasi milenial juga paling mungkin, 63% untuk mengetahui cara meminta layanan dukungan kesehatan mental di perusahaan mereka dibandingkan dengan baby boomer.

Kelly Greenwood, CEO dan pendiri Mind Share Partners, mengatakan kepada DailyMail.com bahwa temuan tersebut mewakili perubahan budaya antara generasi tua dan muda. "Yang pertama adalah kesadaran diri akan kondisi kesehatan mental, dan bagian dari itu juga, adalah generasi millenial dan Gen Z menyadari bahwa mereka memiliki pilihan. Dan mereka tidak perlu tinggal di suatu tempat yang akan merusak kesehatan mereka," katanya.

Survei itu juga menemukan bahwa kesehatan mental memengaruhi kinerja, dengan 61% mengatakan kesehatan mental mereka memengaruhi produktivitas, dan 37% melaporkan bahwa lingkungan kerja mereka berkontribusi terhadap gejala-gejala mereka.

Sebuah laporan tahun 2005 dari National Business Group menemukan bahwa lebih dari 200 juta hari kerja hilang setiap tahun karena kondisi kesehatan mental setiap tahun. Itu setara dengan sekitar US$16,8 miliar dari hilangnya produktivitas karyawan.

Selain itu, 86 persen responden dalam survei baru mengatakan mereka percaya budaya perusahaan harus mendukung kesehatan mental. Tetapi penulis mengatakan bahwa membicarakan kesehatan mental di tempat kerja masih tetap menjadi hal yang tabu.

820