
Medan, gatra.net - Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi kesal, peringatan Hari Pertanian Sedunia ke-39 sekaligus Hari Krida Pertanian ke-47 di Sumut digelar seremonial. Ia mengingatkan jajaran terkait untuk tidak menggelar kegiatan seperti ini untuk tahun mendatang.
"Saya tak suka acara pertanian dibuat kayak gini. Maunya dibuat di ruangan tertutup. Ada evaluasi masalah-masalah yang kita alami. Tahun depan jangan dibuat seperti ini lagi," kata mantan Pangkostrad ini di Lapangan Merdeka, Medan, Rabu (9/10).
Baca Juga: Inflasi Harus Dikendalikan dengan Baik
Menurutnya, kegiatan seremoni seperti ini tidak menyelesaikan permasalahan pertanian yang sekarang ini dihadapi Sumut. Sebaliknya, hanya membuang-buang uang saja. "Kita ini sudah gawat. Mungkin kalian yang merasa tak gawat. Lahan kita ini luas, hutan luas, hujan cukup, tapi produksi pertanian kita kurang," kata Edy.
Dia mencontohkan, produksi beras harusnya bisa mencapai 6 juta ton per tahun. Begitu juga dengan produksi cabai yang melimpah tapi di lapangan sering kurang dan harganya mahal.
Baca Juga: Sumut Target Terbaik di Porwil Sumatera
"Kalau di Sulawesi Selatan itu, TNI ikut bantu memanfaatkan lahan kosong. Mereka tanam padi, jagung dan kedelai. Itu KODAM yang kerjakan. Kalau polisi urus soal daging. Seandainya Sumut bisa begitu, bisa swasembada kita," kata Edy.
Ditegaskannya, salah satu yang membuat produksi pertanian di Sumut tak maksimal ada keberadaan mafia pertanian. Hal itu harus mendapat perhatian serius dan segera dihentikan.
Baca Juga: Perkenalkan Sumut Lewat Olahraga
Kegiatan ini juga ditandai dengan penyerahan penghargaan kepada sejumlah kelompok tani dari berbagai kabupaten/kota di Sumut. Mereka dinilai berjasa di bidang pertanian dan peternakan. Penyerahan itu diberikan oleh Ketua PKK Sumut, Nawal Lubis yang didampingi Gubsu Edy Rahmayadi.