
Magelang,Gatra.com - Berlari maraton itu berat. Tapi lari lintas alam menempuh medan gunung dan lembah jelas menawarkan tantangan berbeda yang tidak mudah didefinisikan.
Dalam lari lintas alam, selain stamina prima juga dibutuhkan mental yang tangguh untuk menaklukan diri sendiri. Saat kelelahan menyentuh batasnya, musuh terbesar adalah keinginan untuk menyerah.
Jadi tidak salah jika Rahmat Septiyanto, pelari lintas alam asal Karanganyar dinobatkan sebagai ultra runner. Pelari terkuat penakluk 5 gunung.
Rahmat Septiyanto keluar sebagai juara pertama “MesaStila 100” untuk kategori lari lintas alam 170 kilometer. Event lari lintas alam ini diselenggarakan oleh MesaStila Resort & Spa di Kecamatan Grabag, Magelang, Jawa Tengah.
Rahmat berangkat dari titik start di MesaStila Resort, Jumat (4/10), pukul 17.00. Membukukan waktu lari 32 jam 38 menit, Rahmat masuk garis finish, Minggu (6/10).
Untuk menggambarkan betapa beratnya medan yang ditaklukan, dari 11 peserta kategori 170 kilometer hanya 4 pelari yang berhasil finish. Sisanya menyerah di tengah jalan.
Race Director MesaStila 100, Agus Budi Santoso menyebut beratnya medan yang dilalui menjadikan event lari ini menjadi ajang prestisius. Meski dari jumlah peserta tahun ini menurun, kualitas dan tingkat persaingannya justru meningkat.
“Kualitas kita lihat dari catatan waktu yang lebih baik dari tahun lalu. Jumlah negara peserta yang ikut juga lebih banyak. Jadi jumlah peserta bukan ukuran keberhasilan event minat khusus seperti ini,” kata Agus, Minggu (6/10) sore.
Peserta yang berhasil finish di kategori 170 km, kata Agus adalah pelari elit lintas alam Indonesia. Selain Rahmat, posisi kedua dan ketiga ditempati Fandi Achmad dan Dzaki Wardana.
MesaStila 100 masuk kalender event ultra trail internasional. Salah satu dari 4 event Grand Slam Ultra Indonesia. Point yang dikumpulkan dalam lomba lari ini dapat dijadikan modal mengikuti kompetisi yang diselenggarakan International Trail Running Association (ITRA).
Menginjak tahun ke-9 penyelenggaraan, MesaStila 100 diikuti 338 peserta dari 21 negara. Tercatat pelari lintas alam asal Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, Rusia, Norwegia, dan Kanada ikut dalam lomba ini. Negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Vietnam juga hadir sebagai peserta.
Menurut Agus, rute yang digunakan tahun ini sama seperti yang dilalui pada MesaStila Peak Challenge 2015. Gunung Gilipetung, Andong, Telomoyo, dan Gilituri menjadi tujuan utama karena Gunung Merbabu yang bulan lalu dilanda kebakaran hutan dan Merapi yang aktif selama 1,5 tahun terakhir, belum aman untuk dilintasi.
“Ini event besar. Jalur yang kami gunakan melintasi Kabupaten Magelang dan Boyolali. Melewati 5 wilayah kepolisian sektor (polsek) dan harus mendapat izin pengamanan dari Mabes Polri karena ada peserta warga negara asing,” ujar Agus.
Tahun 2020 MesaStila mengagendakan 2 event istimewa bagi para penggemar lari lintas alam: MesaStila Rails to Trails dan MesaStila 100 yang akan digelar 15 Maret dan 11-13 Oktober 2020.