Home Ekonomi Biro Wisata Yogyakarta Minta Pemda Garap Wisata Halal

Biro Wisata Yogyakarta Minta Pemda Garap Wisata Halal

Bantul, gatra.net – Kalangan agen perjalanan menyatakan wisata halal sudah dikenal lama di dunia pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Penerapan wisata halal ini demi menjawab kebutuhan konsumen, terutama wisatawan dari Malaysia dan Singapura. Pemda DIY diminta tak ketinggalan menggarap wisata halal. 

Hal ini disampaikan pemilik biro perjalanan Indo Dream Holiday, Muhammad Adlid Haq, saat jumpa pers Jogja Tourism Festival, di Bantul, Kamis (26/9). Di ajang tahunan ini, Willy, panggilan akrabnya, menjabat sebagai ketua pelaksana.

“Sampai sekarang memang konsep wisata halal di DIY belum matang. Bahkan di JTF tahun ini sempat akan dilaksanakan diskusi membahas wisata ini, tapi belum bisa terlaksana,” katanya.

Membicarakan wisata halal, Wily mengatakan sebenarnya DIY sudah menerapkan terlebih dahulu dibanding daerah lain, termasuk Lombok, destinasi unggulan wisata halal Indonesia saat ini.

Konsumen wisata di DIY didominasi dari Singapura dan Malaysia. Willy mengatakan sejak 2008 perusahaannya sudah menerapkan konsep wisata halal untuk menjawab kebutuhan dan cara hidup konsumen yang beragama Islam.

“Ini bukan tentang halal dan haram. Wisata halal adalah sebuah sebuah cara mengakomodasi pandangan atau kebutuhan. DIY sangat muslim friendly menjawab kebutuhan konsumen,” ujarnya.

Selain kebutuhan, wisata halal juga berkaitan dengan upaya tidak melawan perspektif konsumen. Willy mencontohkan, beberapa kali dia mendapat konsumen yang enggan berkunjung ke Borobudur karena menganggap candi itu adalah berhala. Untuk itu, ia menghormati pandangan turis tersebut dengan menawarkan paket wisata lain.

Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Total Nusa Tour and Travel Hery Setyawan. Menurut dia, Indonesia menduduki peringkat teratas sebagai tujuan wisata halal menurut Global Muslim Travel Market. Untuk itu, peluang meraih wisatawan dari kalangan muslim sangat besar.

“Terutama dari kawasan Timur Tengah, khususnya Arab Saudi saat musim haji. Ketika musim haji, warga meninggalkan rumah yang mereka sewakan selama tiga bulan penuh untuk berwisata,” katanya.

Untuk itu, kata Hery, sekarang tinggal upaya para pelaku pariwisata menjawab kebutuhan wisatawan muslim tersebut. Menurut Hery, kendalanya bukan soal infrastruktur, tapi strategi menjual wisata halal tersebut.

Pemerintah daerah DIY pun dituntut untuk menggarap pasar wisata halal ini. Dengan kebudayaan yang dekat dengan Islam, juga lantaran keberadaan Sultan Hamengkubuwono X, DIY memiliki potensi besar di wisata halal dan perlu promosi besar-besaran.

“Satu dari tiga wisatawan adalah muslim. Jika kita tidak ikut bermain wisata halal, kita akan ketinggalan. Jangan memandang dengan stigma negatif kalangan wisatawan Timur Tengah karena itu akan merugikan kita,” ucapnya.

 

171